Mohon tunggu...
Putra Zulfirman
Putra Zulfirman Mohon Tunggu... Jurnalis - Informatif & Edukatif

Kerja Ikhlas, keras dan cerdas

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan Kang Harto

10 Oktober 2019   19:19 Diperbarui: 10 Oktober 2019   19:21 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Almarhum Suharto Sembiring. Foto: Istimewa.

"Besok kawan-kawan galang aksi solidaritas. Sekedar meringankan beban keluarga," kata saya pada Sutris. Matanya menganak sungai. Ia sangat berterima kasih atas niat baik rekan sejawat tadi.

Nada dering notifikasi ponsel saya berdiring. Rupanya istri mengirim pesan lewat whatsapp. "Ada pasien. Tolong kemari, anaknya bangun," tulis istri yang malam itu piket malam di Instalasi Radiologi RSUD. Sementara, kedua vuah hati kami terpaksa diboyong. Stanby di ruang jaga petugas. Lantaran, pengasuhnya undur diri dan belum temukan yang baru.

Saya pamit ke Sutris. Ia manggut. Berlari kecil saya susuri bangsal RSUD menuju instalasi radiologi yang tak jauh dari ICU.

Tak berselang lama. Handphone saya berdering. Panggilan masuk dari Sutris tampak di layar. Bergegas saya terima panggilan itu. "Bang Harto sudah meninggal," suara serak Sutris diujung selular mengabarkan berita duka.

Pukul 02.55 Wib. Saya membantu posting kabar duka itu. Sembari menemani Sutris mempersiapkan jenazah untuk di bawa pulang. "Bawa ke Lubuk Pakam. Tapi singgah dulu di rumah almarhum di Seulalah. Disucikan," sebut Sutris pada saya.

Lantas, ia melakukan komunikasi dengan saudaranya yang lain. Ikhwal dimana almarhum dikebumikan. Sementara, ibunya berkeinginan di bawa pulang ke Lubuk Pakam.

Saya masih termanggu. Donasi belum dilakukan. Kang Harto telah duluan pergi. Meninggalkan kita semua. Menyisakan kenangan.

Pukul 03.10 Wib, sembari mempersiapkan ambulance guna membawa pulang jenazah ke rumah duka. Saya menelepon Dede Rendra. Seingat saya, ia belum lelap. Karna termasuk pasukan 'susah tidur malam'.

"Bang Harto meninggal. Jenazah masih di rumah sakit. Sebentar lagi di bawa ke Seulalah. Terus dikebumikan di Lubuk Pakam," jelas saya memberi informasi.

Dede Rendra terperanjat. Parau suaranya, berucap "innalillahi wainnailaihi rajiun". Pagi nanti ke rumah duka. Katanya mengakiri percakapan.

Pukul 03.36 Wib. Jenazah sudah di dalam ambulance. Saya membantu sebisa. Sutrisno tampak menahan tangis. Dua anaknya yang usia sekolah dasar turut membereskan barang bawaan keluarga Kang Harto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun