Sebagai dasar negara, Pancasila tidak luput dari ragam penafsiran. Hal ini dapat kita maklumi, sebab Kitab Suci yang menjadi dasar hidup umat beriman juga mengalami hal yang serupa. Karena ada sedikit kemiripan, saya ingin menawarkan salah satu cara membaca (baca: tafsir) kelima sila tersebut tanpa mengurangi nilainya sedikitpun. Syukur-syukur bisa semakin menambah rasa cinta terhadapnya.
Cara baca "konsentrik" secara sederhana merupakan cara pandang yang menekankan pentingnya kesatuan dan struktur. Selalu ada pusat (centrum) yang berada bersama bagian-bagian lain. Bila pusat ini dicabut atau dihilangkan, seluruh struktur akan bubar. Contoh yang paling baik untuk cara tafsir ini ditemukan dalam gambaran Menorah (tiang lilin umat Ibrani). Tiang berkaki tujuh ini memiliki satu pusat di tengahnya. Jikat bagian pusat dibuka, maka keenam kaki yang lain juga ikut terlepas.Â
Lima adalah angka ganjil. Dapat dikatakan bahwa sila ketiga, "Persatuan Indonesia" adalah pusat yang menyatukan. Jika dilepaskan atau dihilangkan, bubarlah struktur bangsa. Lebih lanjut, Pancasila bisa dibaca dalam urut-urutan yang tidak dapat dibalik. "KeTuhanAn" menjadi awal, penggerak, motivasi. Kemanusiaan adalah tujuannya.
Semoga tafisir ini diterima oleh para pembaca yang budiman.