Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Belum terlambat aku mencintai-Mu

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru (IG: @david.usolin.sdb) Note: Semua tulisan dalam platform ini dibuat atas nama pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Teologi dan Politik Spinoza

21 November 2019   21:04 Diperbarui: 21 November 2019   21:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 Hal ini menunjukkan secara jelas bahwa Allah tidak memiliki gaya berbicara tertentu. Sebaliknya, nada (tone) pesan-pewahuan Allah amat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan kapasitas setiap nabi: entah hukuman dahsyat, menyenangkan, menekan, tidak resmi, membosankan karena banyak kata-kata, atau bahkan membingungkan.

 Apa yang hendak disoroti oleh Spinoza secara panjang lebar dalam bab ini adalah kaitan antara intelek dan nabi. Ia keberatan terhadap pandangan yang mengatakan bahwa para nabi mengetahui segala sesuatu yang ada dalam cakupan intelek manusia. Spinoza menyimpulkan bahwa pewahyuan tidak menuntut seorang nabi untuk menjadi orang yang lebih terpelajar. Biarlah mereka (para nabi) bertahan dalam opini yang telah mereka ajukan sejak awal. Yang penting, kita (para pembaca) tidak harus mempercayai mereka dalam hal-hal yang berkaitan degan intelek.

 Satu hal penting yang menguatkan pendirian Spinoza adalah Teori Copernicus mengenai heliosentris. Spinoza amat heran dengan pihak yang bersikukuh dengan pendirian bahwa matahari bergerak mengitari bumi. Mereka mendasarkan diri pada Kitab Yosua. Dengan begitu, tidak ada halangan untuk mengatakan bahwa para nabi itu tetaplah manusia biasa yang tidak lepas dari keterbatasan. Sebagai nabi, mereka juga manusia dan bukan yang lain.  

 Dalam pewahyuan yang diterima oleh Musa, kita dapat menemukan bahwa pesan-pesan tersebut termaktub dalam opini-opini berikut: Ia percaya bahwa kodrat keilahian (Divine Nature) merupakan subjek alias pelaku terhadap kondisi-kondisi semisal belas kasihan, kemurahan hati, dan sebagainya. Karena itu, Allah mewahyukan diri berdasarkan ide-ide Musa sendiri dan berdasarkan atribut-atribut ini.

 Musa tidak membentuk gambaran mental tertentu tentang Allah, sehingga Allah tidak menyatakan diri dalam bentuk apapun. Di lain pihak, nampaknya ada kontradiksi, sebab Musa bercakap-cakap dengan Allah sama seperti dua orang sahabat. Musa juga percaya bahwa kepada Allah, manusia dapat mengarahkan pandangan-Nya.

 Bangsa Israel sendiri tidak mengenal apa itu kebajikan tertinggi dan kebahagiaan sejati. Sepanjang perjalanan di padang gurun, mereka masih menganggap aturan-aturan yang diberikan oleh Musa itu sebagai suatu belenggu daripada kebebasan yang sejati. Hal ini akan berbeda apabila mereka melihatnya sebagai karunia dari Allah sendiri. Musa memberi hukum untuk mencintai Allah dan menjaga ketetapan-ketetapan-Nya karena ia sendiri sudah mengalami "manfaat" dari Allah (pembebasan dari Mesir).

 

Sikap terhadap pesan-pesan kenabian 

Spinoza membela kebebasan manusia di hadapan pesan kenabian. Setiap orang boleh percaya atau tidak.  Setiap orang hanya bisa percaya terhadap suatu pesan sejauh akal budinya memungkinkan. 

Hal ini berlaku juga dalam Perjanjian Baru. Dalam Mat 12:26, Yesus hanya ingin meyakinkan orang-orang Farisi dengan bertolak dari prisip-prinsip mereka sendiri. Yesus tentu tidak bermaksud mengajarkan bahwa ada kerajaan setan atau hal-hal semacam itu. Juga dalam Mat 8:10, ia ingin mengingatkan para murid agar waspada terhadap kesombongan dan kebencian terhadap sesama.

 Akhirnya, Spinoza mengatakan bahwa ketiga usur yang ada dalam pewahyuan (imajinasi, disposisi, dan opini) dapat ditemukan juga dalam surat-surat apostolik. Pembahasannya mengenai para nabi dan pesan kenabian adalah satu-satunya hal yang memiliki akibat langsung terhadap pemisahan filsafat dan teologi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun