Mohon tunggu...
David Olin
David Olin Mohon Tunggu... Pustakawan - Belum terlambat aku mencintai-Mu

Setiap kali menatap mentari, bulan selalu mendapat cahaya baru (IG: @david.usolin.sdb) Note: Semua tulisan dalam platform ini dibuat atas nama pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Teologi dan Politik Spinoza

21 November 2019   21:04 Diperbarui: 21 November 2019   21:00 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

 

Disposisi 

Apabila seorang nabi memiliki sifat ceria, cinta damai, optimis, ia akan dengan mudah menerima pewahyuan yang menyenangkan hati, sebab secara alamiah ia lebih mudah membayangkan hal-hal semacam itu. Di lain pihak, apabila seorang nabi memiliki sifat melankolis, suka kekerasan, pembunuhan, perang, gampang marah, maka ia lebih cocok untuk jenis pewahyuan yang lain. Apabila seorang nabi merupakan orang terdidik, ia menerima pewahyuan dengan cara yang terdidik pula. Sebaliknya, tingkat pemahamannya masih rendah, ia akan menerima pewahyuan secara kabur.

 Hal ini berlaku pula untuk vision. Jika seorang nabi adalah seorang petani desa, maka apa yang ia lihat adalah sapi, kerbau, domba, dsb. Jika ia adalah seorang prajurit, ia melihat pasukan-pasukan perang. Bila ia adalah seorang pengawal istana, ia akan menerima gambaran kursi kerajaan. Dalam cerita Tiga Majus dari timur, mereka yakin pada ramalan bintang. Kelahiran Yesus diketahui dengan melihat sebuah bintang di Timur.

 Mengenai penglihatan-penglihatan, Spinoza menunjukkan dengan teks-teks Kitab Suci bahwa setiap nabi memiliki penglihatan yang berbeda-beda, tergantung dari bentuk (form) apa yang sering dibayangkan. Sebagai contoh, Yesaya melihat kemuliaan Allah secara berbeda dari penglihatan Yehezkiel. Spinoza mengkritik para Rabbi Yahudi yang bersikukuh menyatakan bahwa keduanya sama. Yesaya melihat seraphim bersayap enam, sedangkan makhluk yang dilihat Yehezkiel bersayap empat; Yesaya melihat Allah mengenakan mantol dan duduk di atas takhta, sedangkan Yehezkiel melihat Allah itu serupa api.

 Daftar ini bisa dibuat lebih panjang. Semuanya ingin menunjukkan bahwa suatu "penglihatan" amat bergantung pada hal-hal yang ada dalam akal budi nabi yang bersangkutan.

 

Opini-opini 

Teori atau ajaran yang mengatakan bahwa "tidak mungkin Allah mewahyukan diri kepada seseorang saat orang itu sedang dalam keadaaan marah" tidak dapat diterima lagi. Kitab Suci membuktikan yang sebaliknya.

 Musa menerima pewahyuan pembunuhan anak sulung Mesir dalam keadaan marah; Kain dalam panas amarahnya juga menerima gugatan Allah atas darah adiknya; Yeremia yang sedang bersusah hati menubuatkan bencana yang akan menimpa orang Ibrani. Daftar ini bisa dibuat lebih panjang. Namun, contoh-contoh di atas hanya ingin membuktikan bahwa setiap nabi lebih cocok menerima satu jenis pewahyuan (entah penghukuman, pemulihan, janji keselamatan) berdasarkan temperamen yang mereka miliki.

 Gaya (style) setiap nabi dalam menyampaikan pesan mereka amat tergantung dari kefasihan tiap-tiap orang. Gaya penulisan Yehezkiel dan Amos lebih "mentah" bila dibandingkan dengan gaya penulisan Yesaya dan Nahum. Para ahli Kitab Suci pasti bisa menemukan perbedaan gaya penulisan yang amat mencolok di dalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun