Mohon tunggu...
Pandji Kiansantang
Pandji Kiansantang Mohon Tunggu... Penulis - "Bahagia Membahagiakan Sesama"

Menulis itu Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Wafatnya Bayi Diarra

23 Juni 2022   11:22 Diperbarui: 24 Juni 2022   18:08 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Telah berpulang seorang bidadari kecil... yang singgah sejenak di dunia yang fana ini... diutus oleh Sang Pencipta sebagai peringatan dan pelajaran bagi kami manusia...

Diarra, saya tak pernah mengenalmu sebelumnya. Kau adalah cucu dari sepupuku Sylvia Astrida Gozali dan Mas Damar. 

Melihat fotomu sungguh menyesakkan jiwa. Seorang bayi imut sejak lahir harus berjuang untuk dapat bernafas.  Memakai selang ventilator sebagai alat bantu pernafasan.

 Berjuang untuk bertahan hidup di NICU, tempat perawatan intensif bayi yang baru lahir di RSCM. Sungguh tak terbayangkan dan amat sedih melihat bayi memakai alat bantu pernafasan darurat itu. Mengingatkanku pada yang dialami kedua mendiang kakakku: almarhumah Kak Ritha dan almarhum Kak Teddy. 

Walau pasti berat bagi kedua orangtuamu Chaidar dan Dara serta keluarga yang ditinggalkan,  Tuhan pasti punya rencana yang terbaik untukmu. 

Kau baru berusia sebulan, saya sudah berusia lebih dari setengah abad.  Namun kepergianmu memberi pelajaran bagiku.

 Tentang betapa sebentarnya kita hidup di dunia yang sementara ini... bagai musafir yang berhenti di oase untuk meminum air, sebelum melanjutkan perjalanan lagi. Dibandingkan keabadian di akhirat nanti, hidup begitu singkat. Jadi manfaatkankah untuk menyiapkan bekal terbaik berupa amal sholeh dan banyak memberikan manfaat pada orang lain. 

Kisah pilumu dengan ventilator mengingatkan kita untuk menghargai suatu karunia yang paling sering kita remehkan. Ya, pernafasan. Bernafas berarti Hidup. Tak bisa bernafas berarti menemui ajal. Syukuri setiap hirupan dan hembusan nafas serta udara segar yang disediakan gratis oleh Tuhan. Masihkah kita tidak bersyukur? 

Diarra, hidupmu yang sebentar bukanlah tanpa arti. Menjadi "shock therapy" yang menyadarkan kita semua... bahwa segala yang kita miliki di dunia ini sekarang hanya "titipan" Tuhan. Harta dan keluarga : Jabatan, uang, rumah, mobil, istri, suami, anak, dan orang tua... semua itu hanyalah amanah Ilahi yang sewaktu-waktu dapat diambilNya kembali. Semua pemberian itu hakikatnya merupakan sarana untuk beribadah pada Sang Pencipta. Walau pada kenyataannya harta dan keluarga bisa menjadi berkah atau justru menjadi fitnah.

 Kepergianmu mengingatkan kita untuk menyayangi orang tua dan mertua yang masih ada. Berbaktilah selagi ada kesempatan, atau kelak menyesal setelah mereka tiada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun