Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Anak Magang Nggak Dipandang?

1 November 2021   07:11 Diperbarui: 6 November 2021   01:47 1536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunakan meeting kantor selain untuk menyerap ilmu dari senior juga sebagai tempat melontarkan ide secara kreatif | Foto: pixabay.com/StockSnap

Selain itu di sisi lain ada seakan ada jurang antara ilmu hasil sekolahan dengan ilmu di industri. Kasus kurikulum di sekolah kita banyak tertinggal atau siswa/anak didik tidak menguasai ilmu yang sudah dipelajari sehingga ketika diminta praktik di lapangan banyak siswa dan mahasiswa yang kelabakan, jangankan bisa melakukan yang diminta, mengerti saja tidak.

Gap yang terjadi antara lulusan dengan tuntutan industri menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah. Tentu tidak semua, banyak juga lulusan sekolah/kampus dengan kualitas baik. Akan menjadi bahasan tersendiri jika berbicara kualitas lulusan.

Sistem magang ini adalah salah satu program yang seharusnya menjembatani masalah ini. Tapi sering kali siswa hanya butuh untuk nilai sehingga kurang bersungguh-sungguh bekerja, kurang ada inisiatif, sedangkan bagi industri kadang terlalu "pelit" untuk membagi kesempatan dan merasa diribetin. 

Walhasil magang bukannya sebagai ajang latihan memasuki dunia kerja tapi sebagai sebuah "kewajiban yang terpaksa" memberi dan menerima. Mau syukur, nggak ya udah.

Lain Putra lain Nadia, cerita magang Nadia terbilang sukses dan mengantarkannya meniti karir bahkan sebelum diwisuda.

Nadia kuliah di FISIP sebuah universitas negeri. Lulus dalam waktu 3.5 tahun. Saat melakukan magang untuk bahan skripsinya di sebuah firma hukum, dia sudah diterjunkan langsung sebagai tenaga riset, data, dan dokumentasi.

Setiap hari ngantor betulan. Bahkan ikut ke pengadilan saat para pengacara di kantornya bersidang membela para klien. Sikapnya yang ramah, ringan tangan, tahan banting, mau belajar dan tidak mudah menyerah membuatnya makin dipercaya oleh kantor.

Di sela pekerjaan kantor dia juga sambil menulis skripsi. Walhasil banyak dibantu oleh kolega kantor yang senior-senior. 

Tiap draft dibaca dan diberikan masukan bahkan buku-buku referensi pun dipinjamkan. Ia seakan punya banyak pembimbing skripsi sehingga dalam 3 bulan skripsinya pun kelar.

Selesai sidang dan menunggu jadwal wisuda, dia langsung ditawari bergabung menjadi staf junior riset, data, dan dokumentasi di firma hukum tersebut. Dalam tiga tahun berkarir di tempat yang sama sudah menjadi asisten manajer HR. Jadi anak magang pun bisa terpandang toh?

Beberapa tips yang bisa dilakukan perihal permagangan ini adalah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun