Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah di Hari Minggu

10 Oktober 2021   10:08 Diperbarui: 10 Oktober 2021   10:09 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini kisah Bayu. Anak dua belas tahun dari pedalaman Lampung. Tak pernah ada hari Minggu yang ikut bersama ayah ke kota. Ayahnya merantau ke Jawa untuk mencari kerja. Tapi sampai hari ini tidak pernah ada kabar berita.

Sudah dua tahun Bayu menjadi lelaki tertua di rumahnya. Tugas kepala rumah tangga dipikulnya. Menjadi buruh kelapa sawit, penyadap karet, kuli panggul di pasar dijalaninya untuk menghidupi ibu dan dua adiknya.

Bayu sudah tak sekolah lagi. Hanya sampai kelas empat sekolah dasar. Panggilan nurani berbakti pada keluarga mengalahkan mimpinya untuk sekolah tinggi.

Tak pernah Bayu naik delman istimewa. Sepeda butut, rakit reyot, dan sampan tua adalah kendaraan yang biasa dia gunakan. Tapi kedua kakinya yang kokoh dan legamlah yang selalu mengantarnya kemana-mana.

Ibunya berjualan kerupuk nasi di pasar dibantu kedua adik perempuannya yang masih kecil-kecil. Sejak subuh mereka bangun untuk menanak nasi, memukul nasi hingga tipis, menjemur di atap rumah, lalu bersiap ke pasar.

Tak pernah Bayu duduk di muka di samping pak kusir atau pak sopir yang sedang bekerja. Bayu tidak pernah pergi dari kampungnya. Sesekali dia ikut duduk di belakang mobil bak atau truk pengangkut sawit.

Bayu senang menikmati semilir angin yang berembus kencang saat kendaraan melaju. Ia ingin seperti angin. Bayu ingin seperti bayu yang bisa pergi kemana pun yang dia suka. Bayu ingin seperti bayu yang memberikan kesejukan bagi sesama.

Bayu ingin mencari ayahnya. Bayu ingin bertemu ayahnya. Bayu ingin bertanya pada ayahnya. Kenapa tak pernah pulang? Kenapa tak pernah ada kabar berita? Kenapa tak pernah ada kiriman uang?

Tapi Bayu meninggalkan ibu dan adik-adiknya. Bayu takut, tak tahu harus kemana mencari ayahnya. Bayu takut ayahnya sudah mati dan tak pernah bisa lagi pulang.

Yang Bayu bisa hanya bekerja sekuat tenaga agar tetap bisa bekerja di kebun sawit, agar bisa tenaganya dipakai saat menyadap karet, agar bisa diizinkan menjadi kuli di pasar, agar bisa memberi makan ibu dan adiknya.

Ini kisah Bayu. Kisah yang mungkin masih banyak dialami anak seusianya di berbagai pelosok negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun