Mohon tunggu...
Saepiudin Syarif
Saepiudin Syarif Mohon Tunggu... Freelancer - Writer

Menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Film

"Milea, Suara dari Dilan" Lajulah Film Indonesia

18 Februari 2020   11:05 Diperbarui: 18 Februari 2020   11:13 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: 21cineplex.com

Milea Suara dari Dilan sedang tayang di bioskop tanah air. Dalam empat hari saja sudah mengantongi 1,6 juta penonton. Seri ketiga lanjutan dari Dilan 1990 dan Dilan 1991 ini seakan tak ingin kalah saing dengan prekuelnya yang ditonton 6,3 juta dan 5,2 juta penonton.

Cerita bergerak dari sudut pandang Dilan yang sedang mengerjakan buku ketiga dari seri tersebut. Lalu cerita kembali di kehidupan Dilan dan Milea masa SMA dan secuil masa setelahnya yang sebenarnya sudah diangkat pula di prekuelnya.

Kisah Dilan dan Milea di seri ketiga ini hanya menegaskan konklusi yang sebenarnya sudah bisa diraba penonton di dua film sebelumnya versi Dilan. Tapi namanya kisah asmara anak SMA pada tiap zamannya punya keunikan dan khasnya masing-masing. 

Menggebu-gebu tapi lucu menggemaskan seperti pipi Milea yang semburat merah jambu. Sebagai representasi generasi 90-an Dilan dan Milea adalah karakter yang membawa memori tersendiri bagi generasi yang mengalaminya. Tak heran jika nobar sekalian reuni dadakan angkatan 90-an kerap terjadi di bioskop.

Milea Suara dari Dilan seakan menjadi pembuktian sedigdaya apa seri ini. Yang pasti berapapun hasil perolehan akhir penonton nantinya membuat tiga seri film Dilan ini punya catatan sejarah tersendiri di industri film tanah air. 

Sebuah contoh sukses dari karya adaptasi novel ke film dengan kemasan yang pas, momen yang pas, dan pangsa pasar yang pas. Semua klop. Bisa dibedah resepnya tapi hasilnya belum tentu sama jika dipraktikan oleh film-film lain.

Lantas setelah seri ketiga ini, apakah Dilan masih akan ada kelanjutannya? Di akhir film tertulis "Insya allah ketemu lagi." Kalau pun ada entah akan dibuat seperti apa lagi ceritanya tapi dilihat dari sisi ekonomi masih sangat menjanjikan. 

Tidak dapat dipungkiri dengan penonton yang segitu banyak, Dilan adalah salah satu motor penggerak film nasional selama tiga tahun ini. Dilan yang membuat penonton film nasional kembali ramai ke bioskop. Dilan yang membuat produser semangat bikin film. Dilan yang membuat eksibitor tertarik membuka lebih banyak layar bioskop. Apakah Dilan akan kuat? Berat memang.

Untungnya film-film nasional makin banyak diproduksi. Beberapa menawarkan cerita dan production value yang makin baik membuat harapan itu masih ada. Ketika produknya ada, pangsa pasarnya ada, outletnya makin banyak maka seharusnya siklusnya akan jalan. 

Tentu dengan dukungan semua stakeholder yang terkait. Semoga jalanannya lancar dan laju. Selaju Dilan melarikan motornya saat dikejar polisi atau selaju Dilan saat membonceng Milea yang memeluknya dari belakang saat hujan mengguyur Bandung? Ah, siapa yang tahu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun