Entah kapan William Shakespeare menulis sebuah renungan bagus, dan entah peristiwa apa yang melingkupinya, ketika dia mengungkapkan refleksi yang sungguh sangat memukau saya. Katanya, tidak ada warisan yang begitu berharga dibandingkan kejujuran.Â
Dalam kehidupan nyata, ditemukan begitu banyak orang sanggup berkata-kata tentang kebaikan, kejujuran dan bahkan kebenaran. Tetapi dalam praktik kehidupan, manusia cenderung melanggar semua yang diucapkan begitu gampang.Â
Lalu, apa yang sesungguhnya yang mendorong manusia melanggar apa yang diucapkannya?Â
Saya menduga karena manusia jarang melakukan refleksi dan metanoiya. Metanoiya itu adalah upaya serius untuk memahami apa yang dikatakan dan merefleksikan apa yang dilakukan dan jika apa yang dilakukan berbeda secara sangat kontradiktif dengan apa yang diucapkan atau dikatakan, maka manusia mulai memasuki gerbang pertobatan.Â
Maka bertobat itu, artinya manusia secara sadar dan dengan tekad yang utuh tak lagi bakal mengulangi apa yang biasa dilakukannya dan memulai apa yang diyakini sebagai hal baik dan benar. Karena itu, refleksi tak hanya berusaha untuk melihat ke dalam dan pergi lebih ke dalam (duc in altum), tetapi serentak dengan itu memantulkannya ke luar melalui tindakan konkrit.