Mohon tunggu...
Pitri Lestari
Pitri Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

Sometimes, your best is not good enough

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Kisah Inspiratif Ramadan: Belajar Makna Kehidupan dari Anak-Anak

9 April 2023   05:56 Diperbarui: 9 April 2023   06:29 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/

Beberapa hari kebelakang saya mengantar seorang teman untuk melaksanakan penelitian di suatu sekolah dasar. Atmosfer anak-anak di sana bisa dikatakan sangat ramah. Hal tersebut terlihat sejak hari pertama kami berkunjung ke sekolah mereka.

Dalam beberapa kesempatan sebelumnya saya juga pernah berkunjung ke beberapa sekolah untuk keperluan tugas kuliah. Secara garis besar reaksi anak-anaknya akan menatap dengan penuh tanda tanya bahkan ada di antara mereka yang berlarian saat disapa ataupun ditanya mungkin karena malu dsb. Hal tersebut dirasa wajar mengingat karakter setiap anak beragam.

Cerita baik yang ditemukan di sekolah yang kemarin dikunjungi. Saat pertama datang, anak-anak di sana secara sopan mengajak bersalaman padahal mereka tidak tau siapa saya ataupun teman saya. Konon katanya anak-anak hanya akan menurut pada guru yang mengajar di kelasnya atau pada orang yang mereka kenal saja. Ternyata hal tersebut tidak berlaku sepenuhnya.

Saat di kelas hal pertama yang dilakukan tentu mengecek kehadiran siswa. Selain untuk mengetahui siapa saja yang berhalangan masuk berguna juga untuk lebih cepat menghapal nama-nama siswa sebab, menurut pengalaman pribadi saya ketika ada guru yang hapal nama saya akan merasa lebih nyaman.

Jika biasanya saat diabsen siswa akan membalas dengan berkata "hadir" pada hari itu dibuat peraturan di mana siswa merespon bukan dengan kata "hadir" melainkan "harus menyebutkan keinginannya masing-masing."

Semula mereka kebingungan oleh karenanya dicontohkan terlebih dahulu. Pada saat mencontohkan kalimat keinginan yang diucapkan oleh teman saya yaitu "Saya ingin membeli ice cream" Mungkin maksudnya agar siswa lebih memahami apa yang dimasudkan karena membeli ice cream merupakan hal yang sangat familiar di kalangan anak-anak.

Namun dalam pelaksanannya sesuatu tak terduga hadir. Mereka sama sekali tidak menyebutkan keinginan untuk membeli makanan jenis apapun. Melainkan katanya "SAYA INGIN MEMBAHAGIAKAN ORANG TUA." Kala itu, sama sekali tidak terpikirkan oleh saya bahwa di usia mereka ini bisa terpikirkan kalimat tersebut.

Sebagian memang ada yang menyebutkan keinginan untuk membeli hp dan sepatu. Ketika ditanya apa alasannya mereka menjawab "Karena sepatu saya sudah rusak" "Karena saya ingin bermain game hingga mendapatkan uang untuk diberikan ke pada ibu" dll.

Kalimat "Sayang ingin membahagiakan orang tua" sukses membayangi saya hingga pulang ke rumah. Walaupun hanya sekedar perkataan rasanya saya menjadi malu karena merasa kalah telak oleh mereka. Bagaimana tidak, semenjak saya berkutat dengan berbagai macam tugas yang menyibukan, waktu saya untuk memperhatikan orang tua menjadi berkurang.

Seperti kata Aqess Aninda : "Kadang kita terlalu sibuk menjadi dewasa tetapi lupa bahwa orang tua kita juga beranjak tua." Siapapun pasti setuju dengan kalimat ini khususnya bagi anak-anak yang kini tak lagi hanya sekedar anak-anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun