Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Apa yang Dapat Dipelajari Umat Katolik dari Ramadhan

1 Mei 2022   23:54 Diperbarui: 11 Mei 2022   11:45 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadhan adalah bulan kesembilan dalam kalender Islam dan satu-satunya bulan yang disebutkan namanya dalam Al-Qur'an: "Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia" (Q 2 :185), "Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah."

Ketika Muhammad melakukan perjalanan pada 622 M dari kota kelahirannya Mekah ke sebuah kota sekitar 250 mil ke utara bernama Yathrib (sekrang Medina), ia awalnya menyuruh para pengikutnya untuk berpuasa bersama komunitas Yahudi dalam Yom Kippur. 

Yom Kippur, dalam kalender Arab, jatuh pada hari kesepuluh bulan Muharram (dikenal Asyura). Tetapi mereka (Yahudi dan Muslim) tidak berpuasa dalam waktu yang lama. 

Ketika Qur'an 2:185 diturunkan kepada Muhammad, di awal periode Medina, umat Islam mulai berpuasa selama bulan Ramadhan dan terus sejak saat itu. Al-Qur'an 2:185 menyatukan dua elemen bulan Ramadhan. "Turunnya" dari "Kitab" (atau Al-Qur'an) dan kewajiban untuk berpuasa. Ada kemungkinan bahwa hubungan antara keduanya dalam ayat tersebut terkait dengan tradisi Yahudi bahwa loh-loh Taurat diberikan kepada Musa pada Yom Kippur, hari puasa orang Yahudi.

Puasa Ramadhan mengharuskan umat Islam (yang mampu tubuh dan pikiran) untuk menahan diri dari makanan, minuman, merokok, dan seks selama siang hari. Perempuan yang dalam keadaan najis ritual karena menstruasi atau melahirkan tidak berpuasa.

Adapun puasa Ramadhan adalah salah satu dari lima rukun Islam. Oleh karena itu, Muslim yang beriman seharusnya tidak memutuskan setiap tahun apakah mereka akan berpuasa atau tidak. Menjadi seorang Muslim, setidaknya dari perspektif hukum tradisional ini, adalah untuk selalu berpuasa selama Ramadhan, "Mengingkari kewajiban puasa berarti menjadi kafir".

Lambat laun, sebagian besar sekolah hukum mengizinkan beberapa akomodasi: jika seseorang membatalkan puasa tanpa disadari selama bulan Ramadhan mereka dapatmengganti hari itu dengan puasa sehari setelah bulan berakhir, atau dengan memberi sedekah. Mereka yang kesehatan atau hidupnya terancam harus berbuka puasa.

Aturan-aturan seputar Ramadhan ini adalah bagian dari jaringan gagasan Islam yang lebih besar mengenai penerapan syariah oleh Allah, atau hukum, pada umat manusia. Dengan memperhatikan syariat, yang meliputi puasa, salat, sedekah, dan elemen kehidupan sehari-hari, umat Islam mewujudkan kepercayaan mereka kepada Tuhan dalam hidup dan bekerja untuk keselamatan mereka di kehidupan selanjutnya. 

Bahkan, ada juga unsur tekanan sosial dan koreksi persaudaraan yang membangun (dalam beberapa kasus "memaksa") ketaatan pada hukum. Jadi keputusan untuk tidak berpuasa selama Ramadhan bisa menjadi keputusan yang rumit bagi seorang Muslim. Di beberapa negara Islam Muslim (atau bahkan non-Muslim) dapat dihukum karena tidak berpuasa, setidaknya jika seseorang makan atau minum di depan umum.

Bagi banyak Muslim, puasa selama Ramadhan bukan hanya tentang kewajiban hukum tetapi juga kesempatan untuk pertumbuhan spiritual. Banyak pemimpin spiritual Muslim mendorong umat Islam untuk berpuasa juga dari gosip atau sumpah serapah selama Ramadhan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun