Mohon tunggu...
Petrus Pit Duka Karwayu
Petrus Pit Duka Karwayu Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Jalanan

Jika kamu tidak bisa membuat orang lain kagum dengan kepintaranmu, maka paling tidak kamu dapat membuat mereka bingung dengan kebodohanmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Haus!

17 Januari 2020   10:59 Diperbarui: 17 Januari 2020   11:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.claret.org/

"Mereka jemaat kita?" timpal Krapf.

"Iyah hanya berisiko."

"Tuhan datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang," terang Rebmann tegas.

Hari baru telah tiba. Hari yang ditunggu-tunggu. Di luar semua umat telah hadir, dan sekelompok Warabai pun baru tiba. Banyaknya kaum wanita membuat ketakutan semalam hilang.

"Ternyata orang-orang Warabai tak seganas sebagaimana yang diceritakan semalam," batin Krapf

Doa berlangsung dengan tenang dan Rebmann sudah siap untuk membagi renungannya yang telah disiapkan baru pada jam tiga subuh.

"Saudara-saudaraku. Allah begitu mengasihi kita. Bahkan karena cintanya itu, Ia bahkan mengutus Putera-Nya yang tunggal."

Belum selesai kalimat pembukanya, di luar rumah sudah terjadi keributan. Dua orang ibu bertengkar ramai. Krapf berjalan keluar disusul Rebmann yang harus menghentikan kotbahnya karena pertengkaran itu.

"Tenang-tenang," Teriak Rebmann berusaha menenangkan situasi sementara Krapf langsung menarik seorang ibu untuk melerai pertengkaran.

"Kenapa kalian ini. Kita sedang berdoa," ujar Rebmann kesal.

"Ceritakan apa yang terjadi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun