"Jangan takut Tuhanlah yang menyelesaikan misi baik ini." Jawab Rebmann menghibur.
Perjalanan tiga hari tiga malam, di luar prediksi. Belum sampai malam, kapalnya telah berlabuh pada pesisir Afrika. Orang-orangnya berbeda dari kita. Bermata dan hidung yang berbeda dari kita. Segala yang dikenakan punya pengertian. Para pemuda bermain bola di lapangan bebas terbuka mengenakan jins pendek simbol pembebasan.
"Inilah benua aneh yang tak meluputkan seorangpun tanpa meninggalkan bekas yang mendalam bagi setiap mereka," batin Krapf dalam melafal lirik lapar.Â
"Apa yang akan kita lakukan?" tanya Rebmann.
"Mempertobatkan," jawab Krapf singkat.
Pewartaan atau tepatnya kritenisasi di Afrika bukanlah yang pertama. Banyak yang sudah kristen di bawah klerus. Hanya para klerus tak biasa dengan administrasi. Ada dijumpai pernak-pernik benda-benda kudus. Singkatnya ada sebagian masyarakat yang sudah kristen.
"Kami telah menunggu kalian lama," ujar Yaks guru agama yang dituakan di kampung.
"Maksudnya kami merindukan kedatangan kalian", Yaks kembali memperbaiki kalimatnya. Â Â Â
"Terimakasih," jawab dua misionaris mencoba akrab.
"Bagaimana perjalanannya?" Yaks kembali bertanya sambil membopong barang bawaan ke dalam rumah setengah tembok.
"Sedikit melelahkan, tapi puji Tuhan kami tiba dengan selamat," jawab Krapf yang lebih extrofert.