Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Cerita Sukses Pengrajin Pandan di Kayong Utara

10 Februari 2017   17:14 Diperbarui: 10 Februari 2017   21:13 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tikar pandan dari kreasi jari jemari pengajin. Foto dok. Yayasan Palung

"Setidaknya hasil dari menganyam daun pandan, pengrajin dapat memperoleh pendapatan alternatif masyarakat tanpa merusak hutan, pengrajin bisa merenovasi rumah dan dapat membeli perhiasan serta dapat menyekolahkan anak ke Perguruan Tinggi"

Sepenggal kisah ini, merupakan cerita sukses pengrajin dari salah satu program pendampingan untuk masyarakat yang berada dikawasan Taman Nasional Gunung Palung (TNGP) oleh Yayasan Palung. Program ini  salah satunya adalah untuk mengangkat perekonomian masyarakat melalui bidang kerajinan tradisional yang ada di Kabupaten Kayong Utara (KKU), Kalbar. Potensi SDA dan SDM yang ada di sekitar TNGP sangat mendukung untuk meningkatkan keterampilan dan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pemanfaatan hasil hutan bukan kayu berupa pandan dan nipah. Hal inilah yang mendorong Yayasan Palung untuk membina para pengrajin hasil hutan bukan kayu (HHBK) hingga para pengrajin menuai cerita sukses, salah satunya dengan mengayam pandan mereka meningkatan ekonomi sehari-hari, tidak terkecuali merenovasi rumah hingga dapat membeli perhiasan.

Dari menganyam, pengrajin bisa merenovsi rumah, membeli kendaraan dan perhiasan. Foto dok. Yayasan Palung
Dari menganyam, pengrajin bisa merenovsi rumah, membeli kendaraan dan perhiasan. Foto dok. Yayasan Palung
Sudah 5 tahun sejak tahun 2011, Tim Sustainable Livelihood (SL-YP) melakukan pembinaan dan pendampingan kepada komunitas pengrajin tradisional yang ada disekitar TNGP. Banyak cerita sukses yang dialami dan dirasakan masyarakat baik itu peningkatan kapasitas melalui kegiatan pelatihan. Terbangunnya pola fikir dan pengetahuan akan hal-hal yang baru telah mengantar beberapa pengrajin menjadi narasumber atau dengan kata lain menjadi instruktur/pelatihan yang diadakan oleh lembaga mitra bahkan instansi Pemerintah Daerah. Lancarnya pemasaran produk yang terjalin berkat kerjasama (bersama) DEKRANASDA KKU telah membuat komunitas pengrajin menjadi lebih dikenal oleh masyarakat luas yang salah satunya mampu meningkatnya pendapatan komunitas pengrajin secara signifikan pada kehidupan masyarakat atau komunitas pengrajin tersebut.

Sudah cukup banyak testimoni (kesaksian) pengrajin yang merasakan hasil dari penjualan kerajinan pandan tersebut dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat pengrajin. Mulai dari membeli kendaraan (motor), membeli perhiasan, merenovasi rumah, membantu biaya pendidikan anak, membeli perabot rumah tangga, hingga kepada pemenuhan akan kebutuhan sandang dan pangan.

Tikar Pandan. Foto dok. Yayasan Palung
Tikar Pandan. Foto dok. Yayasan Palung
Inilah yang dialami dan dirasakan oleh dua orang pengrajin yaitu Ibu Ayu Baiti kelompok HHBK Karya Sejahtera dari Desa Sejahtera dan Ibu Rajemah kelompok HHBK Peramas Indah dari Desa Pangkalan Buton di Kabupaten Kayong Utara.

Melalui penjualan kerajinan pandan Ibu Ayu Baiti dari kelompok HHBK Karya Sejahtera mampu membeli perhiasan berupa gelang dan dua buah cincin emas. Ini adalah desakan dari anak-anaknya karena mengingat usianya yang sudah hampir mencapai 55 tahun. Sebenarnya tidak hanya membeli perhiasan saja, menurut Ibu Ayu Baiti pada tahun 2012 setelah pembentukan kelompok Karya Sejahtera, beliau mendapatkan hasil dari penjualan produk kerajinan pandan melalui event pameran Expo KKU dan mendapatkan hasil sekitar Rp 2,5 juta. Uang yang terkumpul dijadikannya sebagai uang muka untuk beli (kredit) motor dan untuk pembayaran setiap bulannya beliau menggunakan uang dari hasil penjualan kerajinan pandan yang difasilitasi oleh Yayasan Palung dan DEKRANASDA KKU. Hingga 3 tahun lebih lamanya, kredit motor tersebut akhirnya bisa dilunasi oleh Bu Ayu Baiti melalui penjualan kerajinan pandan.

Para pengrajin sering mengadakan pertemuan rutin. Foto dok. Yayasan Palung
Para pengrajin sering mengadakan pertemuan rutin. Foto dok. Yayasan Palung
Cerita serupa dialami oleh Ibu Rajemah dari kelompok HHBK Peramas Indah. Pendapatan dari hasil kerajinan pandan digunakannya untuk merenovasi rumahnya yaitu membuat teras rumah dengan menggunakan lantai keramik. Menurut ibu Rajemah ini untuk kenang-kenangan dari hasil kerajinan pandan. Tidak hanya dengan melakukan renovasi rumah, Bu Rajemah bisa membiayai anaknya ke Perguruan Tinggi di Pontianak dari hasil penjualan kerajinan ini. Karena penghasilan setiap bulan dari penjualan ini cukup untuk biaya anak sekolah dan kadang-kadang sudah melebihi dalam pemenuhan akan kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangganya.

Bu Ayu Baiti dan Bu Rajemah merupakan contoh pengrajin yang menikmati hasil dari program ekonomi alternatif Yayasan Palung melalui pendekatan anyaman kerajinan tradisional ini. Sebenarnya masih banyak masyarakat pengrajin atau penerima manfaat yang merasakan hasil dan keuntungan dari program tersebut. Sebut saja Ibu Hatimah, Ibu Aisyah, Ibu Ramlah, Ibu Ida, Ibu Norani, Bu Asnah, Bu Salmiah, Pak Darwani dan masih banyak lagi pengrajin lainnya. Menurut masyarakat pengrajin, hasil penjualan kerajinan mereka sejak bersama Yayasan Palung telah meningkat secara signifikan dan bahkan bisa membuat mereka untuk menabung. Hasil penjualan setiap bulan bisa digunakan untuk kebutuhan biaya makan dan minum dan bahkan bisa digunakan untuk memenuhi keperluan lain selain ditabung.

Ini adalah cerita sukses (keberhasilan) dari masyarakat pengrajin HHBK yang berada disekitar kawasan TNGP. Informasi yang dituliskan dalam artikel ini diperoleh dari kegiatan monitoring yang secara rutin dilakukan oleh tim SL-YP ke masyarakat pengrajin. Semoga program ini bisa terus bermanfaat bagi masyarakat disekitar TNGP. Salam lestari.

Tulisan ini sebelumnya telah dimuat di blog Yayasan Palung

Penulis : Wendi Tamariska, Sy. Abdul Samad dan Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun