Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Merusak Alam Lingkungan Sama Saja dengan Merusak Sendi dan Nadi Kehidupan

12 Juni 2025   11:48 Diperbarui: 12 Juni 2025   18:17 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kerusakan Lingkungan. (Foto dok. Freepik via KOMPAS.com).

Merusak alam lingkungan sama saja dengan merusak sendi dan nadi kehidupan

Kita dititahkan oleh Sang Pencipta untuk saling harmoni bukan merusak sesama kehidupan, ragam makhluk hidup, tidak terkecuali lingkungan. Merusak Lingkungan, sama saja dengan merusak kehidupan.

Lingkungan yang baik (hutan, alam, bumi ini) memberikan kita tidak sedikit ragam manfaat yang tak ternilai harganya. Dari alam, hutan, bumi ini kita beroleh sumber air yang melimpah, oksigen yang gratis dan ragam manfaat lainnya tidak terkecuali ia (lingkungan yang baik) memberi tanpa pamrih kepada kita semua. Akan tetapi ketika ia (lingkungan, alam, hutan ini) dirusak/disakiti hingga dimusnahkan maka ia pun tak lagi bisa memberi lagi. Atau dengan kata lain, alam lingkungan yang rusak pasti akan berimbas pula kepada sendi-sendi kehidupan ragam makhluk yang ada.

Sang Pencipta menitipkan alam ciptaan ini dengan ragam isinya, yang salah satunya untuk pemenuhan kebutuhan hidup ragam makhluk hidup tetapi dengan syarat kebijksaan bukan keserakahan. 

Tidak hanya itu, alam ini perlu dirawat, dijaga, dan dipelihara bukan dimusnahkan dengan ragam dalil dan kilah yang mengorbankannya hingga hilang tak berbekas hingga mengorbankan bagi sendi dan nadi ragam kehidupan makhluk hidup kini dan nanti, tidak terkecuali kita manusia.

Hutan, alam ini membutuhkan harmoni dari kita sebagai makhluk yang paling mulia, akan tetapi kitalah yang tak jarang membuat keharmonisan dengan alam ciptaan ini yang semakin renggang hingga tercerai berai. 

Hutan alam ini memberikan kita sumber hidup dan kehidupan, tetapi kita membalasnya dengan air tuba yang bernama keserakahan yang kini semakin merajalela. Hutan alam ini kini semakin sulit dan pelit memberi kita karena ulah kita pula. Tumbuhan-tumbuhan obat, tumbuhan asli/tumbuhan langka semakin terhimpit dan diantaranya rebah tak berdaya karena ulah kita.

Kita saat ini dihadapkan dengan realita, kicauan suara burung tidak tercuali enggang dan satwa seperti orangutan, kelempiau, kelasi dan satwa lainnnya semakin jarang terdengar bersahut-sahutan bercengkrama di hutan rimba. Semakin sunyi sepi tak berani karena habitat sudah semakin terhimpit dalam jerit tangis tetapi ditahan dalam diam.

Udara segar dan keindahan alam yang kini semakin jarang terlihat tumbuh menaungi lagi karena semakin rebah tak tentu arah karena ulah serakah dari segelintir kita manusia yang lupa harmoni dengan alam dan sesama makhluk lainnya karena memikirkan sesaat bukan keberlanjutan sampai nanti.

Ketika alam (hutan ini) rusak, banjir datang, tanah longsor mendera alam dikata tak bersahabat. Alam atau kita yang tak bersahabat?

Bencana alam yang semakin sering mendera kita pun sejatinya sebagai tanda bahwa merusak alam lingkungan sama saja dengan merusak kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun