Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Hutan: Bolehkah Aku Terus Tersenyum Untukmu?

8 Juli 2021   15:38 Diperbarui: 12 Juli 2021   15:24 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terus tersenyum bagiku (hutan) untukmu (semua nafas hidup) sesuatu yang mulia, mungkin itu yang kuharapkan sampai kapan pun.

Tersenyum pun setidaknya sedikit memberi tanda nyata saat ini yang mungkin dari dulu semua sudah merasakannya oleh karena adanya aku (hutan).

Aku (hutan) selalu ingat tugasku bagi semua penghuni bumi. Hadirnya aku memberi tanda kiranya semua boleh berlanjut.

Meneduhkan, menyejukkan karena hadirku yang masih boleh menopang lantai dan serasah di sekitarku.  Tetapi bila aku berada di ruang lingkup yang luas aku pun bisa menaungi semua, itu harapku.

Aku menyadari, aku ada, kala aku masih bisa berdiri dan masih tersisa. Aku ada maka semua bisa terjaga. Sebaliknya, bila aku tak tersisa itu yang tak kuharapkan.

Dari waktu ke waktu, aku semakin sulit berdiri kokoh. Itu yang nyata di pelupuk mata. Rebah tak berdaya itu rupa dan realita yang kurasa saat ini.

Ranting-ranting kering bekas tubuhku tercerabut, sering kali terlihat berjejer rapi dan tak jarang terpercik api kala kemarau tiba. Ketika kemarau tiba pun semua semakin sulit, kering kerontang kadang mendera.

Kala musim penghujan tiba, banjir sering kali menyapa dengan tiba-tiba sesuka hati kapan saja ia mau. Acap kali pula kita tak sanggup menghalau bila ia (banjir) datang tiba-tiba dan terkadang tanpa permisi.

Benih semai tajuk-tajuk pepohonan yang berdiri kokoh berubah dengan semakin lapang lindang sebagian besar belantara yang tak lain adalah aku, mungkin seluas mata memandang.

Aku sadar, tak sedikit yang kunaungi di tempat dimana aku berada. Tubuhku yang semakin sulit berdiri kokoh ini saban waktu dari hari ke hari selalu menjadi tanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun