Itu aku (hutan) tentang tajuk-tajukku rimbun memberi tanda
Harmoni itu yang ku mau, bukan (ter/di) cabut, bukan pula tercerabut
Pelangi selepas hujan pun tampaknya sulit melihat rebah tak berdayaku
Tanda kata nyata bicara berlawanan kata dengan nasibku kini yang tak kunjung membaik
Gumamku tentang sakit penyakitku
Rinai rintik seolah menjadi hamoni semu karena tak sanggup menahan rebah tak berdayaku
Rebahku sebagai penanda aku tak lagi mampu menyerap setiap rintik atau ketika badai datang
Semua mengata-ngataiku sebagai bencana dan tak bersahabat dan lain sebagainya
Apa salah dan dosaku hingga aku dikatai sebagai biang bencana dan sebagainya itu
Tanda nyata bicara tentang nasibmu, semua tertuju padamu
Nasibmu yang tak lagi sama seperti dulu kian menanti asa bagi semua
Bingkai kata dan nada harap padaku
Entahlah, salah atau benarnya aku pun tak tahu
Umurku dan nasibku yang masih tersisa ini akankah nanti kiranya boleh bertahan atau kalian rampas hingga aku pun tinggal dongeng manis saja?
Yang aku tahu, Sang Pencipta memberiku tugas agar nafas semua makhluk boleh berlanjut hingga selamanya.
Ketapang, 29/3/2021
Petrus Kanisius-Yayasan Palung