Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kita Semakin Dipaksakan Akrab dengan Banjir

14 Juli 2020   15:02 Diperbarui: 14 Juli 2020   17:14 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir yang Terjadi di Desa Riam Kota, Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat. Foto dok :  Bonifasius Rionaldo

"Dulu air banjir masih bisa tertahan, sekarang air banjir tidak ada yang menahan"

Banjir dulu dan sekarang. Dulu banjir, sekarang juga banjir (sama-sama banjir). "Dulu air banjir masih bisa tertahan, sekarang air banjir tidak ada yang menahan". Tertahan karena hutan masih bisa berdiri kokoh. Sedangkan saat ini air banjir tidak ada yang menahan karena hutan tak banyak lagi berdiri kokoh akibat banyak sebab.

Hujan tak berhenti mengguyur selama 2 hari, dari 10-12 Juli 2020 kemarin, berimbas pada terjadinya banjir di beberapa wilayah di Kecamatan Jelai Hulu, Ketapang, Kalimantan Barat.

Terjadinya banjir sedikit banyak berdampak kepada sendi kehidupan (aktivitas) sehari-hari masyarakat. Masyarakat mau tidak mau akrab dengan banjir.

Seperti penuturan Natalis, selaku Sekdes Desa Penyarang saat dihubungi melalui pesan WA, mengatakan; "Banjir terjadi di beberapa desa seperti di Desa yang terendam banjir di Kecamatan Jelai Hulu, seperti di Desa Kesuma Jaya, Desa Riam Danau Kanan, Desa Pasir Mayang, Desa Perigi, Desa Tebing Berseri, Desa Periangan, Desa Penyarang, Desa Asam Jelai dan Desa Biku Sarana".

Akibat cuaca ekstrem sesuai pantauan BMKG dari tanggal 8 sampai 13 juli. Di tambah lagi akibat banyaknya alih fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit di wilayah hulu, kata Natalis.

Lebih lanjut kata Natalis, "Dampak utama dari terjadinya banjir membuat warga harus mengungsi, tapi kesulitan alat transportasi hanya sebatas rakit, jadi kesulitan untuk evakuasi, sedangkan bantuan dari pemerintah berupa sembako itu pun sampai saat ini belum ada sampai karena keterbatasan akses. 

Fasilitas seperti perahu sangat mereka perlukan saat ini. Untuk fasilitas umum pun terganggu akibat tergenang banjir ataupun rusak akibat banjir". Dari  informasi Natalis ini, bisa dibayangkan kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat setempat.

Belum lagi perubahan tanah di perumahan masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai, menyebabkan rumah miring dan turn. Penurunan tanah, tanah pondasi rumah warga menjadi lembut menyebabkan pondasi  tanah menjadi miring, katanya lagi.

Desi Kurniawati, Koordinator Program Perlindungan Satwa (PPS-Hukum) Yayasan Palung, mengatakan terkait terjadinya banjir, menurutnya, "Banjir yang terjadi di beberapa wilayah Jelai Hulu disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya karena diperparah oleh adanya perubahan bentang alam (luasan tutupan hutan yang semakin banyak berkurang). Faktor lainnya karena perubahan iklim (cuaca yang semakin tidak menentu/ anomali cuaca)".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun