Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Merindu Langit Biru

6 September 2019   11:54 Diperbarui: 6 September 2019   12:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aktivitas warga terganggu akibat pekatnya kabut asap. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/foc. 

Awan, kemana engkau

Hujan dimana dirimu

Mengapa asap engkau yang ada

Ku tak tahu, ku merindu langit biru

Kenapa asap engkau di langit

Ku sungguh merindu awan hujan

Langit biru ku mencarimu

Pongah lengah kalah dengan si jago merah

Merenda asa sesak mulai mendera sesak di dada

Bernafas dalam asap, minum dalam air asin

Ku tak tahu harus merindu kepada benalu

Benalu rindu awan biru

Bukan awan kelabu atau asap di langit

Sungguh ku tak tahu merindu

karena beningnya pengelihatan terselubung kabut

mencari cara agar mereda

mereda agar merenda asa

secerca harap agar langit tetap selalu biru

Ratusan titik bara api hingga mencapai ribuan menghampiri sunyinya malam hutan belantara

Pagi menjelang siang engkau pun semakin garang

Tak hanya menghampiri tetapi melahap segenap yang engkau lalui

Merindu tuan yang bijak nan ramah agar tak menyulut percik demi percik api lagi

Mereda hingga reda itu perjuangan para penjinak para pantang pulang sebelum padam

Harapku hujan pun segera turun menyapu dan kiranya asap cepat berlalu.

Ketapang, Kalbar, 6/8/2019
Petrus Kanisius-Yayasan Palung 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun