Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah, antara Musuh atau Sahabat

8 Maret 2019   15:13 Diperbarui: 9 Maret 2019   08:51 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kita diantara Sampah. Foto : National Geographic Indonesia

Apa itu sehat? Jawabannya sudah pasti tidak sehat, tetapi karena keadaan maka mau tidak mau (semua dilakukan di sungai). Sejatinya, persoalan membuang sampah ke aratan, lautan atau pun sungai tetap saja akan merusak ekologis.

Fakta selokan mampet, saluran air tak mengalir dan menggenang hingga terjadinya banjir pun jika boleh dikata satu diantaranya disebabkan oleh persoalan sampah. Belum lagi kasus ikan, penyu dan burung yang mati atau terkontaminasi sampah-sampah terbuang sia-sia di lautan.

Memang, ada beberapa petugas kebersihan dan pengais sampah yang selalu siap dan memperdulikan sampah, tetapi itu tidak sebanding dengan sampah yang tercipta setiap harinya. Setiap orang dari kita sudah pasti menciptakan sampah setiap harinya. Apabila tidak dengan kesadaran dan kepedulian kita, iya itu tadi lagi dan lagi mengapa persoalan sampah ini tak kunjung terselesaikan sampai kapan pun.

Tata aturan terkait larangan membuang sampah pun sejatinya sudah ada. Bahkan di tempat-tempat umum lainnya plang larangan sudah tak terhingga dipasang sebagai pengingat. 

Namun terkadang larangan tersebut tak jarang hanya sebatas slogan tanpa diperdulikan dan tanpa disadari bahwa itu sebagai pengingat barang kali lupa. Tetapi tetap saja, sampah-sampah selalu saja tetap ada dan malah semakin menumpuk bahkan menggunung berseliweran kesana dan kemari.

Lalu, siapa yang salah atau disalahkan? Jika untuk mengatakannya semua oknum pebuang sampah sembarangan adalah yang salah. Akan tetapi, sering kali pula semua warga kita (Indonesia) disalahkan oleh warga dunia karena membuang sampah sembarangan (buang sampah di kolong jembatan, di selokan, di sungai, di jalan dan dilautan) dimana-mana sampah. 

Sejatinya malu, tetapi ya mau bagaimana lagi sudah itu faktanya. Hal ini sudah membudaya pada oknum-oknum penyuka pembuang sampah sembarangan yang tidak lain sebagian besar adalah masyarakat kita. 

Padahal banyak cara yang bisa dilakukan untuk peduli dan menjadi sahabat sampah. Satu-satunya adalah memilah, memilih dan memanfaatkan sampah-sampah menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat bahkan menghasilkan, tentunya banyak cara kreatif untuk mengelola sampah.

Saat ini, banyak lembaga, organisasi mengajak semua masyarakat kita untuk diet plastik (mengurangi sampah plastik) dan berperilaku bijaksana dengan lingkungan sekitar. Termasuk edukasi, penyadartahuan, kampanye atau apa pun namanya untuk mengajak, menumbuhkan kembali kesadaran agar bisa mengurangi sampah terutama plastik.

Apakah bisa? Entahlah, semoga saja ada tumbuh kesadaran hingga boleh kiranya peduli dan menjadi sahabat dan peduli sampah. Dengan demikian, kita tidak lagi menganggap sampah adalah musuh. 

Berharap ada tumbuh kesadaran dari kita semua untuk bersama-sama peduli dan bijak terhadap sampah. Mengingat, jika tidak dimulai dari sekarang (harus ada tumbuhkesadaran dan kepedulian terhadap sampah) maka bumi tempat kita berpijak ini semakin dipenuhi sampah dan kita akan sering terkena dampak sampah.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun