Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah, antara Musuh atau Sahabat

8 Maret 2019   15:13 Diperbarui: 9 Maret 2019   08:51 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah tak bisa disangkal menjadi suatu yang sangat berbahaya sekaligus sahabat. Benarkah demikian adanya?.

Kampanye dimana-mana saat ini terkait upaya bagaimana mengurangi sampah plastik (diet plastik) dengan tujuan agar sampah bisa dikurangi atau pun agar tidak menjadi persoalan yang berdampak kepada masyarakat luas. 

Hal yang sama pula, beberapa diantara masyarakat memanfaatkan sisa-sisa sampah menjadi sahabat sekaligus berperan sebagai penyambung hidup. Dua hal ini (sampah antara musuh dan sahabat) atau mungkin boleh dikata sampah itu musuh atau sahabat?, tidak terlepas dari bagaimana cara melihatnya.

Sampah dikatakan sebagai musuh jika ia tidak diperhatikan atau tidak diperdulikan. Sejatinya beberapa dampak nyata terlihat dari apa yang ditimbulkan oleh sampah itu sendiri. Kemudian ditambah lagi dengan perilaku masyarakat (tindakan/kebiasaan) kita. 

Tatanan kehidupan dan perilaku oknum masyarakat acap kali tak mengindahkan apa-apa saja konsekuensi dari apa yang dilakukan dan yang terjadi terkait sampah yang tanpa sadar atau tidak sadar (di/ter)buang begitu saja.

Mungkin ada benar adanya jika mengatakan (persoalan sampah yang selalu menjadi soal) lebih kepada kekepedulian dan kesadaran dari sekian banyak oknum yang tanpa peduli dan mungkin juga tak tahu tentang pengarus sampah. Apabila dibilang budaya mungkin juga ia, karena banyak pula oknum masyarakat yang  tak peduli dari apa yang mereka buat yang sebenarnya beresiko dan berdampak kepada orang banyak.

Kesadaran yang masih minim bagaimana memperlakukan sampah pun sering kali diabaikan. Sampah-sampah dibuang seenaknya, walau pun terkadang tersedia kotak sampah. Tak jarang pula pengguna jalan raya seperti mereka oknum yang menggunakan mobil dan sepeda motor dengan tenang dan mudahnya membuang sampah di jalan seolah tanpa berdosa tak memikirkan dampak-dampak dari apa yang mereka lakukan.

Bungkus plastik makanan, tisu, puntung rokok, botol plastik kemasan, hingga wadah makanan streofom pun sering dijumpai di jalan-jalan raya. Sepertinya itu bukan salah petugas kebersihan, karena mereka pun (petugas kebersihan) tak mungkin sepanjang waktu membersihkan ruas jalan.  

Hal yang sama pula terjadi di tempat-tempat umum terlebih lapangan-lapangan luas tempat perhelatan konser dan pantai atau pun juga tempat wisata hampir pasti sampah dijamin banyak  terlihat dan menumpuk. Nah ini yang selalu dan terus terjadi.

Dampak-dampak akibat dari sampah pun semakin terlihat dan nyata. Tak sedikit sampah yang (di/ter)buang sia-sia dan menyebabkan banyak hal. Beberapa diantaranya; Selokan mampet (tersumbat), sampah mengapung di air dan di lautan hingga pandangan tak sedap karena tak jarang sampah-sampah plastik berterbangan dan menumpuk di ruas jalan.

Jika sampah menumpuk di sungai, apakah tidak mencemari? Sudah pasti tercemar dan rentan menimbulkan penyakit. Terlebih airnya pasti kotor dan tak dapat di konsumsi lagi. Tetapi, di beberapa tempat kumuh di tempat terpencil dan terkecuali kota-kota besar di pinggiran, hal ini terjadi (sampah berpadu di sungai dan hal yang menyedihkan, air trsebut digunakan sebagai tempat mandi cuci kakus). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun