Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Ini Ceritaku, Perkenalkan Namaku Sampah

12 Juli 2018   16:22 Diperbarui: 13 Juli 2018   10:11 2608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah yang menggunung dan pengais pencari rejeki. Foto dok. Kompas

Pada kesempatan ini aku ingin bercerita, sebelum bercerita perkenalkan namaku sampah.

Inilah ceritaku;

Dari dulu hingga kini tak kunjung usai, aku (sampah) selalu diperbincangkan,

Sampah karena selalu dibuang dan selalu menjadi masalah.

Tak jarang juga aku menjadi berkah, tetapi itulah aku.

Ya karena namaku, sampah.

Sampah dan lagi-lagi sampah demikian orang menyebut namaku. Adapun keluargaku seperti sampah plastik, sampah-sampah rumah tangga dan sampah industri.

Banyak slogan  tentang aku; Jika sampah diperhatikan makan memberi berkah. Demikian pula bila aku diperdulikan dan memanfaatkanku dengan bijaksana maka aku akan memberi manfaat.

Caci maki sering ku terima karena aku hanya setumpuk sampah. Sayangnya aku terlanjur menumpuk segenap penjuru dari ujung kampung hingga ke penjuru negeri hingga negeri antah berantah di bumi ini.

Namaku memang sampah, tetapi bukan aku sesungguhnya menjadi sumber pertama penyebab.

Karena jika aku diperhatikan maka aku bukan penyebab, sebaliknya jika tidak diperhatikan maka aku dikata-katai sebagai penyebab utama.

Aku terlanjur bersedih karena aku selalu dikata sebagai sumber masalah di bumi ini. Aku pun kiranya ingin bertanya, apakah aku sesungguhnya menjadi biang keladi?.

Aku hanya ingin bertanya :

Siapa sejatinya yang menciptakan aku dan memberi namaku dengan nama sampah?. Mengapa namaku sampah bukan berkah?.

Mengapa aku dibuang di sembarang tempat?

Tak jarang  jika ingin melihatku,  lihatlah laut, lihatlah sungai, lihatlah selokan, lihatlah tanah atau lingkungan sekitar tak jarang aku berada di tempat-tempat tersebut. Aku dikata sebagai sumber bencana, sumber penyakit dan banyak lagi hal yang lainnya semua seolah salahku.

Masih adakah rasa sayang terhadapku?

Bila ada, aku hanya ingin mengatakan, jangan membuang aku disembarang tempat lagi. Aku pun bersedih, panasnya bumi karena aku takut dikata-katai lagi.

Aku hanya ingin berpesan, bijaksanalah denganku. Karena aku pun sejatinya tahu siapa yang menciptakan hadirnya aku di muka bumi ini.

Maafkan aku wahai manusia, karena kalian sering kali menyalahkanku karena hadirnya aku. Akan tetapi kiranya, berhentilah menciptakan aku sebagai sampah yang tak berguna.

Maafkan aku pula karena ceritaku ini banyak ngalur ngidul, tetapi ini yang kurasakan dan kuceritakan ini.

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun