Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kita di Antara Bencana, Lantas Bagaimana Kita Bersikap?

5 Desember 2017   11:10 Diperbarui: 5 Desember 2017   13:21 2488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto fakta tentang banjir. Dok. National Geographic Indonesia

Kita dalam menjalani tatanan kehidupan sehari-hari pasti tidak asing lagi dengan adanya bencana di sekitar kita. Kita di antara bencana dua kata yaitu kita yang mengalami dan bencana yang menyebabkan dampak yang ditimbulkan dan kita menerima dampak baik langsung ataupun tak langsung dari bencana tersebut.

Bukan untuk mengatakan bencana itu sesuatu hal yang baik atau tidaknya, namun dari bencana yang dimaksudkan sebagai hubungan antara kita dan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Acap kali bencana yang terjadi di sekeliling kita dan kita mengalaminya sebagai sebuah musibah dan juga sebagai sesuatu yang menakutkan.

Tidak sedikit dari kita yang menerima dampak dari bencana mengalami berbagai halangan, hambatan bahkan hingga menerima resiko korban harta dan nyawa.

Dari korban harta dan tidak jarang pula korban nyawa terjadi karena adanya bencana yang terjadi. Kita (manusia) sering berceloteh, bencana yang terjadi pasti karena ulah manusia dan terjadi secara alamiah.

Apabila terjadi karena ulah manusia maka itu tidak lain karena adanya perbuatan yang mungkin salah dan harus diperbaiki serta harus ada cara untuk mengatasi agar tidak terjadi lagi. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi agar tidak terjadi bencana. Tergantung obyek nyata bencana apa yang terjadi. Jika itu banjir misalnya, apakah hutan sudah rusak atau apakah hutan tersebut harus diperbaiki setidaknya ada daya upaya untuk menanam kembali, merawat dan menjaganya. Tidak hanya banjir sejatinya, tetapi fenomena alam seperti kebakaran lahan dan hutan serta yang tak jarang memunculkan bencana kabut asap.

Hal lainnya, dampak dari perilaku manusia yang tidak lain seperti aktivitas industri berakibat pada perubahan iklim (pemanasan global) yang tidak jarang berdampak langsung atau tak langsung dalam tatanan kehidupan.

Bila terjadi secara alamiah, terkadang sulit untuk menentukan kepastiannya akan terjadi kapan? Akan tetapi, bencana yang terjadi menjadi sebuah gambaran jelas bagi kita untuk menyadari dan intropeksi dari apa yang harus dilakukan agar tidak lagi terjadi bencana tersebut atau setidaknya bagaimana mencari cara agar mengurangi resiko bencana yang telah atau akan terjadi.

Kita di antara bencana mungkin boleh dikata pula sebagai salah satu hal yang tidak terpisahkan satu sama lainnya, namun tidak lantas kita mensyukuri terjadinya bencana. Akan tetapi, bencana yang terjadi menjadi tanda nyata bahwa kita memang dituntut untuk saling menghargai satu sama lainnya tidak terkecuali alam semesta yang memberikan ruang dan waktunya bagi kita tanpa pamrih dan itu menjadi tugas kita secara bersama pula untuk menjaganya.

Peran serta dan kebijaksanaan dari semua tanpa terkecuali menjadi dasar untuk mengemban tanggung jawab merawat lingkungan yang ada di sekeliling kita untuk hari ini hingga nanti. Keberadaan bumi tempat kita berpijak sudah menjadi keharusan bagi semua pula untuk menjaganya, merawat serta mempertahankannya agar tidak punah melainkan lestari hingga nanti.

Kita di antara bencana mungkin saja sudah atau telah ditakdirkan terjadi oleh empunya bumi bila bumi tempat kita berpijak tidak lagi di hormati dan dihargai. Bencana yang terjadi juga jangan sampai berlarut-larut dan jangan sampai menjadi penguasa terhadap diri semua makhluk yang ada di bumi. Kita dan makhluk hidup lainnya memiliki peranan yang penting dalam menentukan napas hidup hingga nanti demi keberlanjutan bumi hingga nanti.

Sebelum terlambat, setidaknya kita berani untuk memulai menghargai bumi dengan tata cara sederhana yang bijaksana seperti misalnya berprilaku bijak dengan sampah, hemat energi; tidak boros listrik termasuk dalam hal cas handphone, tidak menggunakan air secara berlebihan. Tidak hanya itu, cara sederhana seperti tidak boros menggunakan kertas juga memiliki andil besar menyelamatkan hutan. Hal yang sama yang bisa kita lakukan lainnya seperti mengurangi penggunaan kantong plastik dengan beralih menggunakan tas kain itu menjadi salah satu pilihan yang siapa saja bisa melakukannya, asal ada kemauan.

Umur bumi tergantung pada penghuninya (kita), dalam artian pula bahwa kita dan bencana dua hal harus kita sadari demi keberlanjutan bumi yang sudah terlanjur tua dan mulai sakit-sakitan karena kita. Dari bencana yang terjadi, kita diajarkan pula bahwa sudah selayaknya; menghargai, menjaga, merawat bumi sudah menjadi kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hargai bumi sebagai ibu yang selalu mengasuh dan menjaga kita. Semoga...

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun