Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bukan Alam Penyebab Bencana, tetapi Kita Selalu Menyebutnya Bencana Alam

9 Februari 2017   15:24 Diperbarui: 9 Februari 2017   15:34 8386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angin Puting Beliung. Foto dok. Antaranews

Menurut saya pribadi, bencana alam bukan semata-mata alam yang menjadi biangnya. Adanya bencana setidaknya karena ada campur tangan manusia. Lain halnya ketika hal tersebut (bencana) terjadi secara alami.

Mengapa demikian?. Alasannya alam semesta berupa ruang yang ada sebagai tempat hidup dan menjalani kehidupan bagi semua makhluk (biotik ) dan benda mati (abiotik), ruang tersebut di sebut bumi. Dalam ruang lingkup biotik seperti hutan, tumbuhan dan satwa serta manusia yang mendiami alam semesta ini acap kali dihadapkan kepada bencana yang mendera dan tidak jarang menimbulkan korban jiwa atau harta benda.

Bencana yang sering mendera pun yang selalu disalahkan tidak lain adalah alam, namun sesungguhnya tidak kesemuanya disebabkan oleh alam sepenuhnya melainkan karena ada campur tangan manusia (ulah perbuatan tangan  kita manusia) yang memperlakukan bumi atau alam semesta karena mungkin jika boleh dikata terkadang tidak ingat atau lupa (sengaja lupa), kurang peduli ataupun juga kurang menghargai arti penting alam sebagai nafas keberlanjutan kehidupan. Padahal hutan, satwa dan makhluk lainnya sangat penting bagi keberlajutan untuk terus dijaga dan dirawat terutama oleh kita manusia.

Hal yang sama pula terjadi ketika air, udara dan tanah yang begitu penting hadir didalam tatanan kehidupan semua makhluk hidup. Singkatnya, mampukah kita bernafas tanpa udara?. Minum tanpa air? dan berdiam tanpa tanah?.  Hampir pasti, kita tidak akan sanggup menjalani hidup tanpa udara, air dan tanah.

Dari alam semesta, satu kesatuan menjadi hal yang utama untuk terus berlanjut. Sebab, alam semesta beserta segala isinya tidak lain menjadi rangkaian kesatuan yang utuh untuk saling menghargai. Alam serta segala isinya selalu menghargai kita manusia dengan tidak meminta imbalan alias secara cuma-cuma/gratis kita dapatkan. Apapun itu, dimulai dari masih dengan leluasanya kita menghirup udara, memperoleh air bersih dan masih berdiam di tanah yang subur. Bila tidak, mungkin saja alam yang tersedia telah rusak ataupun menjelang terkikis menjelang habis dari apa yang ada dan yang tersisa.

Alam yang tersisa seringkali menjadi primadona para pembesar hingga terkadang tergadai yang tidak jarang menuai sebab yang disering disebut bencana. Namun, adanya bencana sering kali yang tertuduh adalah alam, karena sering disebut bencana alam. Mungkin kalau boleh di sebut, sejatinya bencana tersebut disebut bencana yang disebabkan oleh manusia. Kita sering mendengar, telah terjadi bencana alam berupa banjir, kebakaran, kekeringan dan tanah longsor. Padahal penyebabnya bukan semata karena alam melainkan karena perbuatan manusia.

Lain halnya jika kita menyebut bencana alam itu apabila bencana tersebut terjadi secara alami terjadi di dalam bumi, mungkin itu yang benar-benar disebut sebagai bencana alam. Misalnya; bencana alam Geologis, seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami.  Selain itu juga ada bencana alam Klimatologis yang disebabkan oleh faktor angin dan hujan, bencana ini seperti angin puting beliung dan banjir bandang dan badai. Ada juga bencana alam yang terjadi di luar bumi (obyek berasal dari luar angkasa) berupa meteor yang menghantam bumi dan menyebabkan/menimbulkan bencana dari hantaman meteor yang jatuh menimpa penduduk di bumi.    

Jika boleh dikata, bencana alam bukan seratus persen karena disebabkan oleh alam, melainkan juga karena perbuatan manusia dan pengaruh secara alami. Alam yang terjaga dan terpilihara dengan baik tidak menimbulkan bencana namun justru memberi berjuta manfaat bagi segenap makhluk yang hidup berdamping dengannya termasuk kita manusia.

Perlakukanlah alam dengan bijaksana selagi kita ingat menerima manfaat yang tidak terhingga hingga saat ini. Hargai alam selagi kita mampu untuk menghargai, mengingat bila alam kian terkikis maka kehidupan akan sulit untuk bertahan dan berlanjut hingga nanti. Semoga saja...

Bahan Bacaan; Materi IPA SD, Kelas 5 dan berbagai sumber

Petrus Kanisius-Yayasan Palung

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun