Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Di Desa Ini Orang Utan Terakhir Kali Terlihat Tahun 80-an

23 November 2016   10:34 Diperbarui: 29 November 2016   11:28 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Kuri, Foto dok. Rizal Alqadrie

“Kami mendapatkan informasi di Desa yang kami kunjungi, mereka (masyarakat) terakhir kali melihat orangutan pada tahun 1980-an”.

Pekan lalu, seperti biasanya di bulan November, tepatnya dari tanggal (13-19/11/2016) Yayasan Palung memperingati Pekan Peduli Orangutan. Ragam kegiatan yang kami Yayasan Palung lakukan terkait nasib orangutan yang sangat terancam punah, salah satunya dengan melakukan kampanye penyadartahuan kepada masyarakat dan dilingkup sekolah dengan berbagai kegiatan.

Orangutan dan bayinya di TNGP Foto dok. Yayasan Palung dan Tim Laman
Orangutan dan bayinya di TNGP Foto dok. Yayasan Palung dan Tim Laman
Tahun ini, sebagai tema dari Pekan Peduli Orangutan (PPO)2016 adalah; “Critically Endangered and Critically In Need atau Terancam Punah dan Sangat Membutuhkan Perhatian”.

Dalam penyadartahuan (kampanye) tentang satwa dilindungi di masyarakat dalam rangka PPO 2016, tidak sedikit tanggapan positif dari kegiatan yang kami lakukan. Benar saja, melalui diskusi dalam kegiatan ekspedisi pendidikan lingkungan dan media kampanye, pada 17 November 2016 yang melibatkan masyarakat di desa Sinar Kuri, Kecamatan Sungai Laur, Kabupaten Ketapang, Kalbar. 

Kami mendapatkan informasi di desa tersebut mereka (masyarakat) terakhir kali melihat orangutan pada tahun 1980-an. Namun saat ini,tidak ada lagi dikarenakan salah satunya oleh perburuan untuk di konsumsi. Selain juga karena disebabkan hilangnya hutan karena konversi perusahaan sawit.

Sebelum pemutaran film, kami menyempatkan untuk menyampaikan materi tentang satwa dilindungi. Foto dok. Yayasan Palung
Sebelum pemutaran film, kami menyempatkan untuk menyampaikan materi tentang satwa dilindungi. Foto dok. Yayasan Palung
Menurut pemaparan bapak Margono, Kadus Kalam, Desa Sinar Kuri mengatakan dalam sesi diskusi; nilai ekonomi dari hasil hutan seperti buahan, rotan, dan hasil hutan lainnya masih ada di desanya. seperti ginseng dan pasak bumi. Selain itu, bapak Anton, selaku Kaur Desa mengatakan, ada obat ginjal tanaman seperti kumis kucing, daun simpur dan putri malu direbus menjadi satu. Sedangkan untuk Obat typus, urat leletup yang digunakan akarnya dibersihkan dan diminum.

Selain itu juga, potensi lainnya dari Desa tersebut antara lain adalah anyaman tikar dari bahan sengkuang (rumbia) dan terdapat potensi dari Hutan Lindung Balai Antu, Bukit Kuri yang bisa menjadi potensi wisata karena keindahan Bukit Kuri yang gagah menjulang tinggi dan indah dipandang mata. 

Bukit Kuri, Foto dok. Rizal Alqadrie
Bukit Kuri, Foto dok. Rizal Alqadrie
Selain Diskusi dan pemutaran film di masyarakat, kami juga berkesempatan untuk memberikan materi puppet show (pertunjukan boneka) di SD 11 Desa Sinar Kuri bercerita tentang satwa dilindungi yang kami laksanakan pada (16/11/2016). 

Masyarakat di Desa Sinar Kuri, Masyarakat berterima kasih kepada Yayasan Palung Karena telah memberikan penjelasan tentang berbagai informasi yang berkaitan dengan konservasi dan undang-undang tentang larangan perburuan satwa sehingga mereka merasa lebih paham.

Saat melakukan puppet show kepada siswa-siswi SD dengan materi tentang satwa dilindungi. Foto dok. Yayasan Palung
Saat melakukan puppet show kepada siswa-siswi SD dengan materi tentang satwa dilindungi. Foto dok. Yayasan Palung
Sebelumnya pada tanggal 14-15 November 2016, kami melakukan ekspedisi pendidikan lingkungan dan media media kampanye di Desa Mekar Raya, Kec. Simpang Dua. Beberapa kegiatan seperti pemutaran film lingkungan, diskusi dengan masyarakat dan melakukan lecture di SMPN 01 dan  puppet show di SDN 03 Banjur-Karab, Simpang Dua.

Saat kami bertanya, apakah adek-adek pernah melihat orangutan? Beberapa diantara menjawab pernah dan sebagian besar belum pernah melihat langsung. Selanjutnya kami bertanya, apakah diantara kita yang ada di ruangan ini pernah memakan orangutan? Salah seorang ibu guru mengatakan pernah memakan orangutan ketika ia masih kecil atau boleh dikata sekitar 28 tahun yang lalu.  

Dalam diskusi dengan masyarakat di Desa Mekar Raya, kami mendapat beberapa informasi diantaranya; Bapak Linus dan Bapak Japin, mereka mengatakan di Desa Mekar Raya terdapat Hutan Lindung Gunung Juring, di lahan yang berbatasan dengan hutan lindung tersebut terdapat lahan milik masyarakat “Bawas”,  mereka mempertanyakan apakan boleh dipakai? Mengingat, ada kebun, pohon buah (durian dll), selain itu juga, di wilayah tersebut masih ada terdapat binatang seperti burung ruai, kijang, kelempiau dan mungkin juga terdapat orangutan. Tetapi menurut mereka, di wilayah tersebut sudah sangat jarang sekali orangutan ditemui atau menampakkan dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun