Mohon tunggu...
Petrus Kanisius
Petrus Kanisius Mohon Tunggu... Wiraswasta - Belajar Menulis

Belajar menulis dan suka membaca. Saat ini bekerja di Yayasan Palung

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Berharap Air akan Setia Mengalir Sampai Nanti, Bagaimana Caranya Tapi?

22 Maret 2016   12:10 Diperbarui: 23 Maret 2016   02:46 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Satu kesatuan (hutan dan air) yang tidak terpisahkan. Lokasi foto di Camp Cabang Panti, di TNGP sebagai tempat (rumah) bagi para peneliti yang melakukan penelitian. Foto dok. Yayasan Palung."][/caption]Bagaimana jika hidup tanpa air?. Masih bolehkah air akan selalu setia mengalir dan menyediakannya bagi kehidupan?. Bertepatan  dengan hari air internasional (hari air sedunia 2016) yang diperingati setiap tanggal 22 maret, mengingatkan kita semua kepada fungsi dan peran penting air bagi kehidupan. Setidaknya refleksi pertanyaan diatas memberikan rambu-rambu kepada kita semua agar air tetap mengalir dengan bagaimana cara dan langkah semua untuk mengatasi hal ini.

Mungkin jika boleh berujar, hingga akhir hayat pun semua makhluk hidup terlebih manusia masih akan selalu membutuhkan atau memerlukan air dalam tatanan kehidupan sehari-hari.  Dari tahun ke tahun sudah dipastikan kebutuhan akan air, terutama air bersih sangat diperlukan (kebutuhan utama). Bagi kita manusia saat  mandi, mencuci, minum, memasak dan untuk menyiram tanaman (pertanian) tidak terlepas dari air. Dengan kata lain air merupakan salah satu unsur utama masyarakat sehari-hari, terutama bapak dan ibu rumah tangga, petani, industri dan transpotasi sungai atau laut. Demikian juga halnya dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan ketika mereka melepas dahaga dan bertahan hidup.

Sumber air sangat melimpah berada di wilayah Indonesia, sejatinya. Akan tetapi, saat ini keberadaan sumber air terutama air bersih sudah semakin tahun semakin berkurang jumlahnya. Alasannya karena sumber resapan air berupa hutan sudah semakin jauh berkurang (hutan semakin sedikit) sehingga air sudah semakin sulit ditemukan (mata air/ sumber air bersih), keberadaan air sungai pun tidak melimpah lagi, ditambah lagi dengan adanya pencemaran di sana sini akibat aktivitas masyarakat dan lain sebagainya termasuk pabrik dan industri.

Pencemaran air yang terjadi di Indonesia berdasarkan data menyebutkan, 73 persen dari 53 sungai utama di Indonesia  sudah tercemar limbah industri maupun limbah rumah tangga, data tahun 2014, capture dari sumber youtube.  Artinya, sebagian besar keberadaan sungai yang ada di Indonesia sangat rentan tercemar. 

Tentu hal ini menjadi salah satu langkah bagi kita semua untuk bagaimana caranya agar air dapat terjaga dan tidak tercemar. Tata aturan tentang AMDAL dan tata aturan ijin usaha bagi pelaku usaha/bisnis terutama industri, perusahaan sejatinya harus taat dan sejatinya harus tunduk pada regulasi ini. Demikian juga perilaku bijak terhadap penggunaan air bagi kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat sudah sepatutnya dilakukan dengan berhemat menggunakan air.

73 % dari 53 sungai utama di Indonesia tercemar limbah industri maupun limbah rumah tangga, data tahun 2014. Foto capture dari video air sumber youtube.

Selain itu, dari data dari US Embassy dan FAO menyatakan, 75 persen kebutuhan air di dunia didapat dari hutan.  Dari data ini, setidaknya dapat dikatakan antara air dan hutan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Ada hutan air pun ada, mungkin demikian kata singkatnya.

Setidaknya 75 % kebutuhan air tawar di dunia didapat/tersedia dari hutan. Sumber data dari FOA Wikipedia via info U.S. Embassy, Jakarta.

Sudah barang tentu, Pasal 33 UUD 1945, terutama ayat 3 yang menyebutkan Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bumi, air dan kekayaan alam yang menjadi poin penting bagi kemakmuran masyarakat seharusnya menjadikan patokan. Namun apakah sudah berjalan seiring sejalan?. 

Rusaknya bumi, air dan hutan menjadi bukti nyata kini. Sehingga tidak jarang bumi, air dan hutan sudah semakin sulit untuk kemakmuran rakyat (masyarakat). Tidak bisa disagkal, semakin berkurangnya hutan sama halnya dengan ketersediaan air, terutama air bersih bagi pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari semua unsur kehidupan.

Tidak bisa ditawar-tawar lagi, jika ingin air terus mengalir sebagai pemenuhan kebutuhan primer masyarakat mau tidak mau, harus mau bersama-sama  menanam, merawat, memupuk hutan sebagai daya resap (ketersediaan air). Jika hutan ada banyak tumbuh dan bertahan, maka dengan sendirinya air akan melimpah dan tersedia mengalir sampai nanti (selama-lamanya). Akan tetapi apabila hutan tidak banyak berdiri kokoh maka hampir dipastikan air akan semakin sulit didapatkan dan kering kerontang siap menghadang. Semoga ketersediaan air selalu ada dan dapat mengalir tanpa  hambatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun