Mohon tunggu...
Veneshia Auralia Medida
Veneshia Auralia Medida Mohon Tunggu... Freelancer - Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang

Akun ini akan didedikasihkan untuk tugas mata kuliah Kuliah Kerja Nyata Desa Tempursari Kec. Donomulyo Kab. Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Potret Kemiskinan di Kota Malang Masih Didominasi Orang-orang yang Berprofesi sebagai Pengemis

28 November 2019   16:37 Diperbarui: 28 November 2019   16:50 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi

Kota Malang, merupakan salah satu kota dengan penduduk terpadat di wilayah provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2019 jumlah masyarakat Kota Malang mencapai 266,91 juta jiwa. Permasalahan yang masih menjadi pemicu kemajuan kota Malang salah satunya adalah kemiskinan. 

Kemiskinan dalam kota besar tidak menjadi peninjau dia miskin atau kaya tetapi itu hanya sebagai penunjang dalam mereka memenuhi kebutuhan dalam kota besar itu. Dari data Badan Pusat Statistik Kota Malang jumlah penduduk miskin pada tahun 2018 mencapai 35.49%, jika data angka tersebut dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Malang pada saat ini maka jumlah penduduk miskin di Kota Malang mencapai 94 ribu juta jiwa di di Kota Malang mengalami kemiskinan.

Kemiskinan dapat menyebabkan masalah-masalah yang cukup konkrit di Kota Malang. Salah satunya adalah dampak dari kemiskinan adalah banyaknya pengemis. Fenomena ini terjadi karena kurangnya pendidikan, dari hal itulah kemudian orang tua saat ini banyak yang menjadikan anaknya untuk ikut mengemis dan juga banyak anak yang mengamen bahkan mengemis. 

Pengemis sendiri saat ini tidak memandang usia banyak pengemis dari kalangan anak anak hingga lansia. Salah satu pengemis meminta minta bukan karena dia tidak mampu bekerja melainkan karena mereka malas untuk bekerja. Terbuktinya akhir akhir ini banyak ditemukan pengemis yang memiliki harta yang berlimpah dan rumah yang mewah. Bahkan ada pula yang merubah penampilannya dalam mengemis dengan maksud untuk dikasihani oleh masyarakat.

Di Malang sendiri yang kotanya termasuk kota yang besar masih juga terdapat beribu ribu pengemis yang masih meraja lela di dalam kota. Sugeng (67) sebagai salah satu narasumber yang kami wawancara menyatakan "Saya mengalami keterbatasan pada fisik saya dikarenakan penyakit stroke yang saya derita. Karena keterbatasan inilah saya tidak mampu bekerja seperti sedia kala. Dulu saya bekerja sebagai buruh serabutan di toko bahan bangunan, kemudian saya diberhentikan karena ketidak mampuan fisik saya untuk  bekerja kembali. Setelah mengetahui keterpurukan ini, istri dan anak-anak saya tidak mau lagi merawat saya dan meninggalkan saya seorang diri disini. Sampai saat ini saya tidak tahu keberadaan keluarga saya. Saya hanya menggantungkan hidup kepada tetangga-tetangga saya yang berbelas kasih untuk menyambung hidup ini". 

Siti (65) "saya tidak mempunyai pilihan lagi selain mengemis karena saya sudah tua dan suami saya sudah wafat, sedangkan anak-anak saya pekerjaannya tidak menentu dan mempunyai keluarga yang harus dibiayai juga". Ibu ini memiliki suami yang telah meninggal 20 tahun lalu. Beliau memilih sebagai pengemis karena terpaksa, beliau mengemis tiap hari dan berangkat mulai jam 9.00-15.00 WIB di sekitar UM dan UB setelah itu pindah ke alun-alun dari jam 15.00-17.30 WIB. Beliau memiliki 5 anak namun yang 2 telah meninggal. Biasanya beliau mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa beras 10 kg per bulan.

Sumiati (60) "Saya mengemis karena terpaksa. Saya hanya mengemis disekitar pasar besar" latar belakang pendidikan ibu Sumiati hanya sebatas sekolah dasar. Beliau merupakan warga asli Kepanjen Kabupaten Malang. Penghasilannya selama mengemis tidak menentu, hanya berkisar pada 40 ribu per harinya. Hari (42) "Saya mengemis karena memang saya tidak memiliki pekerjaan lain". 

Suami ibu Hari bekerja sebagai supir angkot. Beliau bertempat tinggal di Malang tepatnya di Sidomulyo. Penghasilan ibu Hari dari mengemis sekitar 20-50 ribu per harinya. Penghasilan ini didapatkan beliau dari mengemis di sekitar alun-alun mulai pukul 12 siang sampai 6 sore. Dari beberapa informan tersebut dapat diketahui potret kemiskinan di Kota Malang masih didominasi oleh orang-orang yang ber profesi sebagai pengemis. Alasan dari mereka mengemis pun cukup variatif, serta penghasilan yang didapat dari mengemis pun terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Dari beberapa wawancara tersebut, kami berusaha untuk menyimpulkan apakah ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi pengemis? Berdasarkan wawancara dan studi literatur kami mendapatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi seseorang menjadi pengemis. 

Faktor pertama mengenai pengaruh lingkungan, dalam konteks ini mayoritas warganya bekerja sebagai pengemis sehingga jika terdapat warga baru maka akan terpengaruh di dalamnya. Jika melihat penghasilan yang didapat, maka akan menimbulkan ketertarikan dalam diri seseorang untuk bergabung apalagi jika warga tersebut berasal dari rantauan maka akan secara otomatis akan ikut bekerja sebagai pengemis.

Faktor kedua pengaruh keturunan, yang dimaksudkan faktor keturunan adalah pekerjaan mengemis ada sejak dulu atau sejak nenek nya. Artinya mereka cenderung mengikuti pekerjaan orang tuanya bahkan menjadikan pengemis sebagai pekerjaan tetap yang turun-temurun sampai anak cucu. Apalagi jika sudah mengetahui serta merasakan hasil mengemis untuk digunakan sebagai kebutuhan dalam sehari-hari. Meskipun ada kemungkinan untuk bekerja di bidang lain, nantinya tetap akan ada kecenderungan untuk kembali bekerja menjadi pengemis apalagi jika dalam pekerjaan di bidang lain terdapat kendala.

Faktor terakhir adalah kondisi keluarga, banyak realitas yang kita temui jika seseorang memilih bekerja sebagai pengemis akibat kondisi keluarga mereka yang tidak begitu beruntung dan masih memiliki banyak tanggungan yang harus dihadapi. Maka hal yang dirasa atau dianggap mudah dilakukan untuk menghidupi kehidupan sehari-hari tanpa perlu melakukan pekerjaan yang berat adalah dengan jalan mengemis.

Oleh: Fatma Kurnia Mayawati, Mei Lia Rahayu, Nia Hariwiyanti, Nisa' Lino Leat, Nurul Ifana Khoirun Nisa', Raal Hilzaq La Dunif, Sarah Ibrahim, Silvia Ivoni, Siti Mar'atus Sholihah, Veneshia Auralia Medida -- Prodi S1 Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun