Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sempurna Mana, Iblis atau Manusia?

23 Juni 2017   09:28 Diperbarui: 23 Juni 2017   21:23 2984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: http://lenteradankehidupan.blogspot.co.id/

Alloh SWT menciptakan makhluknya berupa manusia dari gumpalan tanah lalu dihembuskan roh sebagai servernya manusia. Tersirat sesuatu yang tercipta dari tanah akan kembali ke tanah. Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna lantaran seluruh perangkat kerasnya sempurna, sebut saja bentuk wajah, mata untuk melihat, hidung untuk mengendus, telinga untuk mendengar, perut sampai dibawah perut sebagai tempat penampungan sekaligus pembuangan.

Tujuan Alloh SWT menciptakan iblis/syetan dan manusia untuk menyembah kepada-NYA. Sementara manusia menyembah dan iblis membangkang. Bukan tanpa alasan, karena iblis merasa lebih tinggi dalam penciptaan-Nya. Manusia diberi mulut dan lidah agar berbicara,  tangan buat memegang, gigi agar mampu mengunyah. Bukan hardware saja yang sempurna, softwarenya juga sempurna, seperti, aqlak, otak buat berfikir, hati untuk mengontrol perasaan, ginjal, jantung, usus, darah sebagai daya dukung dan tampung aktivitas manusia serta hawa nafsu. Semua terkoneksi secara sempurna satu sama lainnya.

Sedangkan iblis tercipta dari api neraka. Watak iblis, syetan dan sebangsanya adalah ingkar atas kesempurnaan manusia sebagai rival dimuka bumi. Dari penciptaan itulah iblis membangkang perintah Alloh SWT dan mereka berjanji kepada sang Pencipta akan selalu menggoda manusia sebanyak-banyaknya untuk dibawanya bergabung ke api neraka. Software-software iblis terbentuk dari pembangkangan, angkuh, iri, dengki, serakah, maksiat, dendam, sombong, kikir, adu domba, fitnah, khianat, maksiat, hasut, korupsi.

Iblis sangat membenci umat Muhammad SAW yang pema’af, tekun beribadah kepada Sang Pencipta. Sesuai janjinya, Iblis akan terus merekrut manusia sebanyak-banyaknya dari golongan manusia untuk diceploskan ke neraka asal muasal penciptaan. Tidak bisa dibayangkan apabila terdapat manusia membanggakan dendam, angkuh, iri, dengki, serakah, ghibah, merampok, membunuh, anarkis, merusak. Jika demikian faktanya, lantas sempurna mana, iblis atau manusia?. Ini yang membuat kesempurnaan manusia lebih hina dari Binatang.

Celakanya, hardware-hardware manusia tak ubahnya robot yang dikendalikan oleh sofware didalamnya. Mudah dendam, angkuh, iri, dengki, serakah, menyakiti perasaan orang lain, senang melihat orang susah dan susah melihat orang lain senang, menghina, menyinggung orang. Akibat  kurang diinstall perangkat-perangkat lunak manusia, lebih didominasi virus yang ditularkan iblis melalui jaringan kesesatan.

Selain manusia, bumi beserta isinya dan iblis, Alloh SWT juga menciptakan Malaikat dari Nur (cahaya Ilahi) sebagai menteri-menteri-NYA, mereka mendapat tugas dan fungsi masing-masing, tidak satu pun dari mereka mempunyai rasa iri, dengki, serakah, pilih kasih, tamak, keji, dendam, suka dan tidak suka. Sebaliknya justru mereka saling kerjasama sebagai tim yang solid. Apapun yang diperintahkan Alloh akan dikerjakan dengan profesional. Hal tersebut lantaran malaikat diciptakan tanpa perangkat lunak berupa hawa nafsu.

Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling suci di muka bumi, khusu’beribadah, dijamin masuk surga saja masih mau mema’afkan umat-umat yang mendzoliminya, masak kita sebagai umatnya dan belum tentu masuk surga lebih condong membanggakan dendam, angkuh, iri, serakah enggan membuka pintu ma’af. Bukankah memberi ma’af lebih mulia dari pada meminta ma’af seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Akhirnya, manusia demikian menjadi jauh dari sikap syukur, yang terjadi malah terjerumus pada sikap kufur.  Wallahu a’lam Bishowaf.

Makassar, 23 Juni 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun