Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kode Seluler Versus Kode Sholat

24 November 2015   14:51 Diperbarui: 10 Desember 2015   12:23 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harus membahas tema apa hari ini mau nulis sosial-politik, olahraga, ekonomi, pendidikan, budaya semuanya sudah dibahas para ahlinya. Akhirnya artikelnya mengerucut pada penjual (vendor) kode *363# Perusahaan yang menyediakan layanan atau jasa (provider) seluler? suasana kian meruncing hingga menohok hati.

Penat itu datangnya dari pesan penyedia jasa/provider “kuota internet anda akan habis selanjutnya akan dikenakan tarif normal, untuk tarif lebih hemat, beli paket flash melalui kode *363#”... jadi penyedia jasa/provider yang disediakan oleh vendor ibarat nafas terakhir bagiku...

Desahan dari vendor “selamat paket internet diaktifkan” merupakan hadiah terindah menghirup segarnya oksigen terpolusi, lantas berhenti perorangan atau kembali “aktif sesuai tarif lokasi anda.” Seirama dari itu TUHAN yang menyediakan nafas kehidupan, raga, nyawa untuk kebutuhan hidup Hamba-NYA tanpa menuntut imbalan.

Nah loh!!, bagaimana dengan kita sebagai Hamba-NYA jika suatu saat TUHAN mendata vendor seperti kita memperlakukan nyawa menjadi ketergantungan terhadap kuota, tentu akan menyemut manusia mengantri memperpanjang nyawa agar hidup terus berlangsung.

Bisa diartikan Malaikat utusan TUHAN sebagai distributor nyawa atau makhluk yang mendistribusikan nyawa-nyawa raga makhluk hidup (bukan hanya manusia tetapi juga binatang) untuk kemudian di cabut untuk di transfer ke konsumen atau end user berikutnya. Tentu hal ini bertentangan antara vendor/penjual nyawa dengan monopoli provider seluler. Vendor jangan kendor, provider jangan keder, jasa layanan TUHAN sing ada lawan!!!

Diatas langit masih ada langit, berlaku pula monopoli diatas monopoli operator-operator seluler, TUHAN lebih pemilik monopoli hak prerogatif atas jasa layanan provider sholat kode *24434# artinya “kuota tanpa roaming nyawa anda akan habis selanjutnya akan dikenakan tarif normal, untuk tarif lebih khsyu’, penuhi kewajiban paket lima waktu (subuh, duhur, ashar, maghrib, isya’) melalui kode *24434#.”

Dominasinya melebihi surat penghargaan satya lencana dari presiden. Bisa dikatakan demikian karena pengalaman pribadi “berbicara” pada titik tertentu kesulitan perekonomian hendak mengajukan kredit di kantor pegadaian maupun bank menggunakan piagam tanda kehormatan yang ditandatangan presiden, ternyata “tidak laku.” Lucu juga ya?? Rupanya tanda penghargaan satya lencana yang ditandatangani orang nomor satu di indonesia (presiden) tidak laku mengatasi sulitnya hati saat gundah gulana. Nasib....


Makassar, 24 November 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun