Harus membahas tema apa hari ini mau nulis sosial-politik, olahraga, ekonomi, pendidikan, budaya semuanya sudah dibahas para ahlinya. Akhirnya artikelnya mengerucut pada penjual (vendor) kode *363# Perusahaan yang menyediakan layanan atau jasa (provider) seluler? suasana kian meruncing hingga menohok hati.
Penat itu datangnya dari pesan penyedia jasa/provider “kuota internet anda akan habis selanjutnya akan dikenakan tarif normal, untuk tarif lebih hemat, beli paket flash melalui kode *363#”... jadi penyedia jasa/provider yang disediakan oleh vendor ibarat nafas terakhir bagiku...
Desahan dari vendor “selamat paket internet diaktifkan” merupakan hadiah terindah menghirup segarnya oksigen terpolusi, lantas berhenti perorangan atau kembali “aktif sesuai tarif lokasi anda.” Seirama dari itu TUHAN yang menyediakan nafas kehidupan, raga, nyawa untuk kebutuhan hidup Hamba-NYA tanpa menuntut imbalan.
Nah loh!!, bagaimana dengan kita sebagai Hamba-NYA jika suatu saat TUHAN mendata vendor seperti kita memperlakukan nyawa menjadi ketergantungan terhadap kuota, tentu akan menyemut manusia mengantri memperpanjang nyawa agar hidup terus berlangsung.
Bisa diartikan Malaikat utusan TUHAN sebagai distributor nyawa atau makhluk yang mendistribusikan nyawa-nyawa raga makhluk hidup (bukan hanya manusia tetapi juga binatang) untuk kemudian di cabut untuk di transfer ke konsumen atau end user berikutnya. Tentu hal ini bertentangan antara vendor/penjual nyawa dengan monopoli provider seluler. Vendor jangan kendor, provider jangan keder, jasa layanan TUHAN sing ada lawan!!!
Diatas langit masih ada langit, berlaku pula monopoli diatas monopoli operator-operator seluler, TUHAN lebih pemilik monopoli hak prerogatif atas jasa layanan provider sholat kode *24434# artinya “kuota tanpa roaming nyawa anda akan habis selanjutnya akan dikenakan tarif normal, untuk tarif lebih khsyu’, penuhi kewajiban paket lima waktu (subuh, duhur, ashar, maghrib, isya’) melalui kode *24434#.”
Dominasinya melebihi surat penghargaan satya lencana dari presiden. Bisa dikatakan demikian karena pengalaman pribadi “berbicara” pada titik tertentu kesulitan perekonomian hendak mengajukan kredit di kantor pegadaian maupun bank menggunakan piagam tanda kehormatan yang ditandatangan presiden, ternyata “tidak laku.” Lucu juga ya?? Rupanya tanda penghargaan satya lencana yang ditandatangani orang nomor satu di indonesia (presiden) tidak laku mengatasi sulitnya hati saat gundah gulana. Nasib....
Makassar, 24 November 2015