Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begini Kisah Perjuangan Seorang Ibu Merawat Anaknya yang ODE

8 November 2021   19:00 Diperbarui: 8 November 2021   19:03 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Eka Suharwati mendampingi anaknya belajar (foto: Medsos KEI/Eka)

"Bayi ku diberikan Dilantin oleh dokter spesialis anak, lalu di awal tahun 2009 saya berganti dokter ke spesialis dokter syaraf anak (beda RS). Dilantin dihentikan dan diganti dengan Trileptal dosis 0.5 ml, tapi karena hampir tiap bulan kejang, obat ditambah lagi dengan Depakene dosis 0.5 ml.. tapi tak ada hasil maksimal.. kejang terus berulang ga perduli pagi, siang, sore bahkan tengah malam.. lalu ditambah lagi dengan Topamax Sprinkle.

Entah, sudah berapa ratus kali anak ku kejang kata ibu Eka, sampai pada bulan Agustus 2015 kejang berulang-ulang dalam kurung waktu 1 jam, kejang sebanyak 14 kali, 1 detik sadar lalu bermenit- menit kejang, sepanjang perjalanan ke Rumah Sakit tak terhitung berapa kali kejang dipangkuan.

Hingga akhirnya ia dinyatakan koma, saat itulah 14 macam obat diberikan padanya, namun tak ada respon sama sekali, Lekosit saat itu 38.000 sampai akhirnya dokter "angkat tangan" dan mengatakan "maaf bu, jika sampai besuk pagi belum ada kemajuan terpaksa diambil sumsum tulang belakangnya".

"Inilah, titik dimana saya benar-benar pasrah, hingga terucap kata " Ya Allah jika Engkau mau mengambil anakku maka ambillah, tapi jika Engkau masih memberiku kesempatan untuk merawatnya, maka berikanlah keajaiban untuknya," ungkapnya haru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun