Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Usia Senja Terkadang Melelahkanku

13 Juli 2021   20:22 Diperbarui: 13 Juli 2021   20:48 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usia senja terkadang melelahkanku. Namun, bersamamu ku tak merasakan lelah....

Cenderung lupa, lelah itu apa, bagaimana bentuk serta rasanya

Gila!

Acapkali bersamamu, aku semakin gila
Iya, tergila-gila sama kamu...

Yang ku tahu setiap sentuhan tangan lembutmu selalu menabur benih cinta pertama dan terakhir

Cinta yang tak pernah ku sampaikan sedari dulu, sebab aku berkelana mencari jati diri...  

Siapa sangka kita bertemu dalam suasana berbeda, kau mendua akupun sama....

Cintaku padamu kuhembuskan bersama nafasku walau tak berucap

Ayunan langkah kita kala itu ibarat dedaunan bergoyang seakan mengikuti irama detak jantung dan nadiku

Tatapan matamu beradu pandangan pada mataku, indahnya matamu semangkin membuatku terbuai ingin memilikimu...

Hidung bangirmu membuat aku ingin memainkannya dengan manjamu
Seksinya bibirmu menggodaku untuk melumatnya tanpa halangan apapun

Tubuhku dan tubuhmu saling beradu, harum tubuhmu bangkitkan gairah jiwaku

Maaf sayang andai saja waktu itu bibir yang kelu ini mampu mengucap kata maukah kau menikah denganku,  mungkin sekarang kau jadi milikku

Rupanya Tuhan berkata lain
Aku menjauh, karena keindahan dirimu waktu itu direngkuh pencuri hatimu....

Aku tahu aku bukan pilihan. Kau harus tahu setiap jengkal tapak yang kita rekatkan berdua ini itulah rasa cintaku padamu

Duhai angin malam kesunyiannya tak mampu menahan rasaku padamu bila cintaku ada disini

Oh angin yang berhembus menembus rambut ikalnya, bisikan padanya betapa aku ingin memilikinya

Kota kenangan ini saksi bisu cintaku padamu, kini ku kembali mengenangmu

Menatap fatomorgana dari seberang sini, karena kau tak pernah termiliki..

Mumpung pandemi corona, aku ingat pesan ibu, " awas jaga jarak, lah wong dekat saja belum tentu jadian" tambah merana dech....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun