Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meski di Tengah Wabah Covid-19, 40 Hari Wafatnya Bapak Dipenuhi Jama'ah

17 Juli 2020   19:51 Diperbarui: 17 Juli 2020   20:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
40 Hari Wafatnya Bapak (dokpri)

Waktu begitu cepat berlalu, sementara usia terasa semakin sempit saja, meskipun dikatakan awet tua, tapi tetap saja yang namanya jodoh, umur dan kematian mutlak milik Allah SWT.

Untuk mengenang Almarhum bapak yang wafat pada 5 Juni 2020 itu, ibu di Ngawi Jawa Timur dan keluarga Almarhum Sadhiman memeringati 40 harinya pada Selasa,14 Juli 2020.

Dimana tangga 14 Juli 2020 ini bertepatan lahirnya anak kedua kami. Anak kami ini juga baru saja sakit parah. Saking parahnya membuatnya hilang kesadaran, tidak tahu siapa dirinya.

Kami bersyukur, di tengah pandemi corona yang kapan akan beranjak dari muka bumi, begitu menyayat hati. Pasalnya pada Tahlilan ke 40 hari wafatnya bapak, kami kembali tidak bisa kemana-mana, termasuk mengikuti ritual 40 hari. Sementara orang lain begitu antusias menyimak ritual mendoakan almarhum bapak.

Jamaah meramaikan masjid dalam memeringati 40 hari wafatnya bapak (dokpri).
Jamaah meramaikan masjid dalam memeringati 40 hari wafatnya bapak (dokpri).
Ritual empat puluh hari wafatnya bapak ini memang menyisakan berjuta duka. Pasalnya, kepergiannya bertepatan dengan musibah berupa wabah covid-19 yang melanda dunia. Penyesalan inilah penyebab absennya kami mengikuti tahlilan 40 hari tersebut.

Tahlilan 40 hari mengenang kepergian bapak tiidak sekedar memperingati saja, melainkan mengisinya dengan nasehat-nasehat spiritual dan mendoakan orang yang telah meninggal. Tahlilan 40  hari ini dilaksanakan pada Selasa, 14 Juli 2020 di Masjid Baitul Muttaqqin Desa Kandangan, Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Patang puluhan atau 40-an dilakukan dakwah dan tahlilan bersama jamaah di kampung atau desa, seperti yang dilaksanakan oleh ibu di Ngawi. Kata "Tahlil" sendiri secara harfiah berarti berizikir dengan mengucap kalimat tauhid "Laa ilaaha illallah.

Kebetulan bapak mantan pegawai swasta sekaligus guru dan seorang imam dan pengasuh Masjid, maka ritual tahlilan 40 hari tersebut dilaksanakan di Masjid Baitul Muttaqqin, dimana Masjid tersebut dahulunya mirip rumah hantu atau sarang kelelawar. Jauh dari kata "mewah" lantaran tidak ada sentuhan tangan pemerintah setempat.

Oleh bapak semasa hidupnya masjid tersebut disulap menjadi bersih dan digunakan untuk ibadah hingga akhir hanyatnya. Semasa hidupnya, selepas pensiun urusan duniawi. Bapak mengabdikan dirinya buat Akherat dengan meramaikan Masjid dan syiar agama di kampung halaman.

Berkat buat jamaah 40 hari wafatnya bapak di Masjid Baitul Muttaqqin di Ngawi Jawa Timur (dokpri)
Berkat buat jamaah 40 hari wafatnya bapak di Masjid Baitul Muttaqqin di Ngawi Jawa Timur (dokpri)
Diakui, generasi milenial sekarang tidak lagi merasa perlu dan sempat untuk melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, tergadai dengan budaya virtual yang memang tidak bisa terhindarkan.

Empat puluh hari tersebut mengundang orang-orang untuk mendoakan almarhum. Berkat tadi berkaitan dengan menghargai jamaah yang diundang dan orang yang berhak mendapat sedekah atau berkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun