Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komitmen dan Konsistensi Tradisi Gentong Haji di Tengah Panjangnya Antrian Panggilan Suci

22 Juli 2019   08:01 Diperbarui: 22 Juli 2019   08:04 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sama seperti sebelumnya, musim haji tahun ini calon jamaah haji masih didominasi usia tua. Padahal dari tahun ke tahun Pemerintah Indonesia selalu "mengemis" kuota haji ditambah, toh demikian ancaman antrian panggilan suci semakin tidak wajar, lebih condong mengular hingga 30 sampai 40 tahun. Sebuah penantian melelahkan, ada apa ini, atau apa adanya?

Skema apa lagi yang akan diajukan kepada Pemerintah Arab Saudi untuk memangkas daftar tunggu ini, boleh jadi calon haji sakit hingga meninggal baru ada panggilan, padahal untuk mewujudkan niatnya para jamaah ini sudah berinvestasi uang di bank kemudian disetor ke Kantor Departemen Agama tidak sedikit jumlahnya.

Tentu bukan masalah bagi orang kaya, sebaliknya bagi calon yang berpenghasilan pas-pasan,  pastinya makan hati.

Harapannya, penambahan  calon jamaah haji dihentikan dulu, ini untuk mengantisipasi dafrar tunggu sebelumnya, kemudian tingkatkan pelayanan haji termasuk fasilitas selama di tanah suci dan jangan persulit urusan administrasi, selanjutnya selama apabila calon jamaah haji berhalangan, tidak ada pengganti ahli waris, apatah lagi calon tersebut sudah mendaftar untuk mendapatkan nomor porsi otomatis dana haji jama'ah tadi itu jangan sampai "dikorupsi."  

Itu tadi sekelumit uneg-uneg soal kompleksitas permasalahan haji di tanah air.

Sekarang kita menuju ke sebuah daerah di Cirebon Jawa Barat, dimana tradisi unik ini konon berlangsung turun-menurun di daerah ini.

Ditengah gempuran teknologi saat ini, tradisi gentong haji tersebut konsisten bertahan secara turun temurun sejak nenek moyang. Keluarga calon jamaah yang ditinggalkan menyediakan gentong air minum dari tanah liat yang dipasang di depan rumah, dengan harapan warga yang melintas singgah meminum air dari gentong tersebut sekaligus turut mendoakan selamat sampai ke tanah air.

Tradisi meletakkan gentong air minum di Kabupaten Cirebon jawa Barat ini memang menarik, sekaligus melestarikan budaya lokal. Namun demikian, jangan sampai ada "kemusrikan" lantaran para warga yang meminum mengharap karomah dariu air tersebut.

Keluarga jemaah calon haji yang ditinggalkan berkomitmen menyediakan Gentong berisi air minum yang diletakkan di halaman rumah sebagaimana pendahulunya.

Tradisi ini dijalani pasangan suami-istri Muhammad Fauzi dan Amira, jemaah calon haji asal Kecamatan Sura Menggala Kabupaten Cirebon Jawa Barat.  

keduanya berangkat ke tanah suci pada 16 Juli 2019 lalu.  Ada Gentong berisi penuh air minum yang sengaja diletakkan di halaman rumah. Tradisi menaruh gentong ini memang dilakukan oleh mereka yang pergi berhaji, tujuannya agar warga yang melintas  di wilayah Cirebon telah melakukan tradisi ini secara turun temurun, air gentong yang diperuntukkan bagi warga yang melintas merupakan bentuk amalan keluarga di rumah yang ditujukan untuk keluarganya yang tengah berhaji. Gentong  selalu terisi penuh air minum ini selalu habis pada siang atau sore hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun