Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Berbuka Dengan INTEL dan Kopi Susu, Nikmatnya Mengalahkan Panasnya Suhu Politik Pasca Pemilu

26 Mei 2019   03:45 Diperbarui: 26 Mei 2019   11:09 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Intel dan kopi susu/dokpri

Untuk pertama kalinya berbuka puasa dengan mie instan. Sore itu saya berniat berbuka di lokasi bazar yang diadakan sebuah komunitas jurnalis. Harapannya mendapat takjil gratis untuk berbuka puasa. Ternyata, apa yang saya fikirkan tak sesuai kenyataan.

Kenyataan itu tak membuatku ciut nyali, bahkan merasa ini sebuah ujian yang penuh makna. Pasalnya setelah puluhan tahun lamanya barulah kali ini mengulang nostalgia masa lalu berbuka dengan semangkuk mie instant dan secangkir kopi susu.

Berbuka semangkuk indomie dan secangkir kopi susu, kembali ku cicipi tepat di 21 Ramadhan disebuah warkop lokasi tempat dilangsungkannya festival ramadhan. Sabtu (25/5/2019).

Menjelang waktu berbuka puasa, saya pun memesan secangkir kopi susu dan semangkuk intel alias indomie spesial pakai telur. Begitu kumandang adzan berbunyi, segeralah ku minum secangkir kopi susu, akan tetapi sebagai pemanasan terlebih dulu menyeruput sebotol teh anget dan sebungkus kue yang saya bawa dari rumah. Barulah mecicipi kopi susu dan berbuka dengan indomie telur pesanan sebelumnya.

Hemmm, nikmatnya terasa hingga ke masa lalu, dimana berkat ketekunan buka dan sahur indomie telur yang pernah ku rasakan waktu muda dahulu. Tepatnya, tabun 1996 pertama kalinya menginjakkan kaki ke kota Daeng Anging Mammiri saat itu nama legendarisnya yaitu, Ujung Pandang sebelum berganti nama Makassar. Hingga detik ini sudah memasuki ke 23 tahun di tanah Makassar. 

Alhamdulillah, dari semangkuk indomie telur dan secangkir kopi susu rasanya segala problematika duniawi ini sirna begitu saja, luruh seluruhnya noda dan dosa dan tak seorang pun yang sanggup mencegah nafasku berhembus bebas tanpa bredelisasi manusia pongah lainnya. Saking lamanya, saya mulai asing akan istilah mudik.

Intinya, Indomie telur dan secangkir kopi susu nikmatnya mengalahkan panasnya suhu politik pasca pemilu yang belakangan mencemari kebersihan hiburan layar kaca/televisi nasional maupun internasional.

Wallahu 'alam Bishowaf

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun