Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajar "Zaman Now", Tak Setangguh Pelajar "Zaman Old"

11 Maret 2018   09:03 Diperbarui: 11 Maret 2018   09:51 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia pendidikan jaman sekarang begitu tidak menghargai tenaga pengajar, begitu pula guru tak jarang memberi hukuman begitu memberatkan anak muridnya. Parahnya kalau terjadi kekerasan yang dilakukan guru, buru-buru dilaporkan ke pihak Kepolisian.

Sebaliknya apabila ada murid atau wali murid (orang tua) merasa tidak terima anaknya mendapat hukuman dari guru. Secara membabi buta memukuli guru hingga babak belur hingga menyebabkan kematian malah luput dari jerat hukum. Dibawah umur dan masa depan anak murid, menjadi alasan lolosnya dari jeratan hukum.

Terus terang, saya berani mengatakan murid jaman NOW bermental lebay, sedikit saja mendapat hukuman atau ditegur dari guru lantaran tidak mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dari gurunya, tanpa konfirmasi yang jelas langsung melapor ke orang tuanya sebagai aksi kekerasan, padahal hanya disuruh membuat surat pernyataan, laporannya dipukuli guru, ini namanya lebay.

Akibatnya, tanpa klarifikasi terlebih dulu kepada guru langsung main hakim sendiri. Pihak orang tua dibantu anaknya turun tangan memukuli guru. Tidak berhenti sampai disitu saja, bahkan harus berurusan dengan pihak berwajib. Konyol namanya!!!.

Murid jaman dulu, yang belum mengenal namanya telepon genggam hingga telpon pintar, mereka tahan banting apabila mendapat hukuman dari guru. Apabila melakukan kesalahan hukumannya pun terbilang ekstrim, misalnya murid ribut saat jam pelajaran akan dilempar menggunakan penghapus kayu atau dipukul menggunakan mistar kayu panjang tetap tangguh alias tidak lebay.

Entah siapa yang patut bertanggung jawab akan aksi brutal murid ini. Dunia pendidikan tercoreng atas premanisme murid, bukannya menuruti kata-kata gurunya, eh malah menyiksa guru.

Kita pasti sudah pada membaca kasus kekerasan terhadap guru beberapa hari lalu, yang kebetulan Kepala Sekolah SMPN 4 Lolak Manado. Tenaga pengajar lebih tepatnya Kepala Sekolah malah menerima penganiayaan dari orang tua murid, main hakim terjadi masih jam kerja atau pelajaran.

Kepala sekolah dipukul menggunakan meja kaca, dan kaki meja, hanya karena Kepala Sekolah teraebut menegur siswa dan menyuruh membuat surat pernyataan atas kenakalan yang dilakukan siswa itu sendiri. Sangat di sayangkan, peristiwa memalukan ini harus mencoreng dunia pendidikan di tanah air.

Sebagai seorang guru, setidaknya juga harus mampu menahan diri menegur atau menghukum muridnya yang terbilang bengal itu. Memberikan pelajaran terhadap murid tentu ada adabnya, begitu pula sikap murid terhadap guru. Jangan gunakan aji "mumpung".

Apakah murid pelaku kekerasan ini tidak berfikir ke depan, bahwa setelah lulus sekolah nanti kalian bisa menjadi apa saja yang di inginkannya, sementara guru tetap lah guru, yang yang harus di gugu lan ditiru. Sementara murid setelah lulus sebagai pelajar dan mahasiswa/wi bisa menjadi apa saja yang dia inginkan.

Seorang Presiden pun dulunya adalah seorang murid, bukan ujug-ujug tumbuh besar langsung menjadi seorang Presiden. Jika memang benar ada, AJAIB!

Makassar, 11 Maret 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun