Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Panglima Puisi

25 Oktober 2016   14:32 Diperbarui: 25 Oktober 2016   14:41 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar: dokpri/subhan)

Ada yang mengalihkan perhatianku

Tak dinyana ketidak sengajaan itu kutemukan kulihat pusara pujangga lama  

Terusik, mematung berlama-lama ku tatap peraduan abadi sang panglima.....

Pusaranya memutih nan indah

berbaring sang penyair yang juga panglima dengan tulus di tanah

Bertemankan cacing dan rumput rumput

Tampak kurang yang merawatmu.

Mungkinkah kau tahu, perasaan ini masih ragu

Ternyata.....

Kutemukan panglima lewat perantara pusara para wartawan senior

Tapi sayang ku tak sempat mengenal panglima puisi tuk lakukan syair-syiar lantangnya

Ini hari pertamaku datang ke kuburan sang panglima, duka air mata juga tidak ada ku jumpa....

Sunyi, senyap gulita diantara kebisingan pesawat udara

Makamnya adalah sisa tanah di pojok pemakaman para kuli tinta

Mereka cukup membawa kembang ataupun air mawar bersua padanya....

Namanya Hoesni Djamaluddin, Panglima mati puisinya abadi

Makassar, 25 Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun