Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kebakaran Hutan dan Lahan Seperti "Anggaran" Tahunan

1 September 2016   09:32 Diperbarui: 2 September 2016   15:51 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (sumber gambar: http://bisnis.liputan6.com/read/2457016/pemerintah-yakin-penanganan-kebakaran-hutan-di-2016-lebih-baik)

Pepatah “tidak akan ada asap jika tidak ada api” kini menimpa beberapa daerah di Indonesia. Akibat kebakaran hutan dan lahan tentu sangat merugikan bangsa terlebih penduduk setempat, khususnya di wilayah Riau. Hal tersebut diakibatkan pembukaan lahan untuk perkebunan dan pertanian baru. Kebakaran Hutan dan Lahan sangat akrab dengan indonesia, bayangkan selama 46 tahun bencana ini selalu berulang.

Memang, dibelahan bumi lain, seperti Amerika Serikat, Australia, Brazil dan beberapa negara lainnya kebakaran hutan dan lahan juga biasa terjadi, namun hal tersebut tidak dapat dijadikan pembenaran sehingga bencana ini terjadi, kecuali campur tangan manusia.

Seperti yang terjadi diarea persiapan perkebunan kelapa sawit PT. Sontang Sawit Permai, kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hilir Riau, betapa “tidak berdayanya” pemerintah terhadap monopoli kapitalisasi “korporasi kakap” membakar hutan untuk mengubah lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit, sanksi memang sudah divonis, apakah itu menjamin tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan susulan?.

Kasus yang berlangsung tiap tahun mengindikasikan bahwa penangangannya belum optimal, bahkan terus berulang sejak tahun 1970-an (kompas, Selasa 30/8/2016).

Mengutip rekapitulasi tragedi asap di Indonesia Kompas, sebagai berikut:

  1. Area seluas 1.518 hektar hutan terbakar di Indramayu pada 6 September 1970.
  2. Kebakaran hutan kembali terjadi di Jawa Barat lebih dari 6.161 hektar. Melanda Bandung Utara, Purwakarta dan Sumedang. Luas hutan yang terbakar 1.532 ha dengan kerugian Rp. 7,53 juta. Terjadi pada 23 Oktober 1972.
  3. Periode 30 Juli 1980 tanaman reboisasi seluas 4.850 Ha di Kalimantan Selatan terbakar. Tanggal 31 Agustus 1990 2.500 hektar areal reboisasi di Kampar Riau terbakar dengan kerugian negara lebih dari Rp. 1,5 Miliar.
  4. Tanggal 24 September 1980 hutan reboisasi di Sulawesi Utara seluas 5.250 hektar terbakar, 4.150 ha diantaranya terletak di kaki Gunung Soputan, Tombatu, Kabupaten Minahasa, dan 1.100 ha di Kwandang, Kabupaten Gorontalo.
  5. Kebakaran hutan menyebabkan kabut asap di Sumatera Selatan terjadi pada 12 September 1982, Riau, dan Kalimantan. Pada 5-12 September 1982, sebanyak 60 maskapai penerbangan dari dan menuju bandara Talangbetutu, Palembang, terganggu.
  6. Kebakaran di kawasan hutan lindung Bukit Soeharto 25 Sepetember 1987 Kalimantan Timur meluas, akhirnya dilakukan operasi pemadaman dengan 48 ton air dari pesawat Transal PK-PTO Kuro Tidur. Setiap hari dilakukan empat kali penerbangan pesawat itu.
  7. 20 April 1983 hutan seluas 209.941 ha di Kalimantan Timur terbakar. Areal yang terbakar termasuk hutan reboisasi, hak pengusahaan hutan, hutan lindung, dan 2.500 hutan cagar alam tanaman anggrek di Kersik Luwai, Kecamatan Barong Tongkok, sekitar 400 kilometer dari Samarinda.
  8. Si jago merah melahap tanaman reboisasi di daerah aliran sungai Riam Kanan Daerah Tingkat II Banjar Kalimantan Selatan pada 23 November 1993 lahan seluas 7.000 ha dari 13.000 ha musnah terbakar.
  9. 25 Oktober 1997 Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Timur sejak April hingga Oktober mencapai Rp. 91,22 miliar, sementara luas daerah yang terbakar 33.813,78 ha.
  10. Selama September-Desember 1997, Hutan dan Lahan di Sumatera yang terbakar 102,431,36 hektar dengan kerugian sekitar Rp. 528,5 Miliar.
  11. Kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera selama Oktober 1997-1998 diperkirakan 2,1 juta hektar.
  12. Tanggal 23 Juni 2003 di Riau terdapat 1.280 titik panas dengan lahan terbakar lebih dari 280.000 hektar.
  13. Terdapat 254 titik panas yang terdeteksi di Sumatera, 35 persen di Provinsi Riau. Kebakaran hutan juga terjadi di Sumatera Selatan dan Jambi pada 3 Juli 2007.
  14. Kabut asap dari kebakaran lahan terjadi di Riau, Sumatera Selatan, dan sebagian wilayah Sumatera bagian barat menyebabkan dua anak balita meninggal terserang ISPA, yakni Arika Fatinah Ramadhani (15 bulan) dan Latifah (15 bulan), Oktober 2015. Kabut asap juga melanda sebagian wilayah Tanah Air.
  15. kebakaran Hutan dan Lahan kembali menyala diarea persiapan perkebunan kelapa sawit PT. Sontang Sawit Permai, kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hilir Riau, Agustus 2016.

Lebih dari 40 tahun, Kebakaran Hutan dan Lahan seperti menjadi “anggaran proyek” tahunan bagi petani dan korporasi yang ingin membuka hutan dan lahan gambut demi bubur kayu, minyak sawit, karet, atau peternakan skala kecil. Indonesia, dalam hal ini pemegang “kebijakan” berjanji akan berupaya lebih keras untuk mencegah kebakaran terulang pada 2016. Nyatanya, kebakaran tetap saja memerahkan hutan nusantara.

Walaupun para pembakar hutan berdalih karena faktor ekonomi, pemerintah harus tegas menyelesaikan masalah ini. Kebakaran hutan indonesia terjadi hampir tiap tahunnya. Yang menjadi pertanyaan mengapa para pelaku tidak jera? Mungkinkah ada oknum yang bermain dibelakang aksi kebakaran Hutan dan Lahan, melindungi para tersangka dalam mencapai suatu perolehan dengan menghalalkan sesuatu dengan segala cara? Beranikah Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan saat ini menjabat, menindak tegas korporasi besar tanpa tebang pilih yang ditengarai sebagai salah satu “aktor intelektual”penyebab dibalik kebakaran hutan dan lahan? Ataukah karena kelalaian pemerintah? Haruskah kita selalu belajar dari pengalaman!!!.

Semoga lulus tayang...

Makassar, 1 September 2016

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun