Mohon tunggu...
Subhan Riyadi
Subhan Riyadi Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Negara Citizen Jurnalis

Stop! Rasialisme anti minoritas apa pun harus tak terjadi lagi di Indonesia. Sungguh suatu aib yang memalukan. Dalam lebih setengah abad dan ber-Pancasila, bisa terjadi kebiadaban ini kalau bukan karena hipokrisi pada kekuasaan (Pramoedya Ananta Toer). Portal berita: publiksulsel.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Peringatan Hari Lahan Basah, Bukan Sebatas "Ceremony"

25 Januari 2016   12:21 Diperbarui: 2 Februari 2023   00:31 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gaambar: pixabay.com

Februari merupakan bulan paling berejarah seantero dunia, tepat tanggal 2 Februari Hari Lahan Basah Se-dunia di peringati. Peristiwa ini memiliki arti tersendiri bagi mereka yang berkecimpung di Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Hari Lahan Basah Sedunia pertama kali diperingati tahun 1997. Peringatan ini diawali dengan penandatanganan Konvensi Ramsar (The Convention on Wetlands of International Importance, especially as Waterfowl Habitat) pada tanggal 2 Februari 1971 di kota Ramsar terletak di Laut Kaspia, Iran, dan Indonesia sendiri telah meratifikasi konvensi ini melalui Keputusan Presiden RI No 48 tahun 1991. 

Lahan Basah atau Wetland adalah daerah rawa, payau, lahan gambut, dan perairan. Hal ini didukung definisi Lahan basah merupakan wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya. 

Wow!!! Ternyata begitu pentingnya lahan basah ini bagi kehidupan manusia. Hal ini telah diakui dalam Konvensi Ramsar bahwa manusia mempunyai hubungan saling ketergantungan dengan lingkungan.

Nah, pertanyaan mendasar adalah berapa persenkah sisa lahan basah beralih fungsi menjadi lahan kering? Pekerjaan rumah sangat berat bagi kita semua.

Meskipun dualisme Kementerian telah melebur menjadi satu, masalah satu ini tidak akan gampang terselesaikan, tidak mudah menjawab pertanyaan tesebut, termasuk saya pribadi, selalu mengacu terhadap motto “kalau bukan kita siapa lagi, kalau bukan sekarang kapan lagi” sebuah pemeo yang begitu melegenda faktanya hanya sebatas ceremony.

Sekitar 38 juta hektar atau 21% dari luas daratan di Indonesia merupakan lahan basah, yang menjadikan Indonesia sebagai pemilik lahan basah terluas di Asia. 

Lahan basah tersebut sebagian besar terdapat didaratan rendah alluvial dan lembah-lembah sungai, muara sungai dan di daerah pesisir di hampir seluruh kepulauan di Indonesia. 

Dari 256 lahan basah di Indonesia baru 127 lahan basah yang dikonservasi walaupun situs-situs tersebut belum memperoleh status dilindungi. Inventarisasi dari Wetland Internasional mendata bahwa di Indonesia terdapat 256 lahan basah (wetland sites) yang tersebar diseluruh kepulauan. Namun baru 56 saja yang telah memenuhi kriteria Ramsar yang mempunyai arti penting secara internasional.

Lahan basah di negeri ini telah mengalami perubahan penggunaan dan penutupan lahan dalam 15 tahun terakhir sehingga meningkatkan kerentanan lahan basah dan masyarakat terhadap perubahan iklim serta telah menjadi keprihatinan global. 

Indonesia kehilangan lahan basah dengan kecepatan lebih dari 100.000 hektar per tahun (http://indonesia.usaid.gov). Bahkan laju konversi lahan basah di Indonesia semakin meningkat terutama pada periode tiga dasawarsa terakhir. 

Hal tersebut menjadi konsekuensi logis yang harus diterima sebab strategi pembangunan di Indonesia lebih berorientasi pertumbuhan dibanding pembangunan pro-ekologi.

Fungsi lahan basah sebagai penyerap air sangat penting peranannya saat hujan tiba. Jika penataan kota sejak awal mengedepankan potensi lingkungan, tentu luapan air di musim penghujan banjir tidak akan parah, jika pemerintah dapat mengelola kota secara berkelanjutan?

Seiring kian berkurangnya luas lahan basah ini maka akan berkurang pula populasi flora dan fauna yang dapat menghasilkan sebagai ekonomi/usaha bagi petani tambak maupun nelayan. 

Setelah kita mengetahui definisi serta fungsi dan kegunaan dari lahan basah maka pertanyaan selanjutnya apa yang bisa akan kita lakukan?

Pertama adalah hal yang sangat mudah tapi sulit untuk mengimplementasikannya yaitu adanya suatu niat dan motivasi dalam diri kita untuk melestarikan lingkungan di halaman perkarangan kita sendiri.

Caranya, memberi ruang untuk resapan air, atau hal termudah dengan membuat lubang resapan biopori sehingga air makin cepat meresap ke dalam tanah serta jangan “BETONISASI” semua bangunan areal rumah kita sehingga menyulitkan air untuk meresap ke dalam tanah.

Nah, kalau sudah banjir dimana-mana jadi kita tahu bahwa penyebabnya tidak selalu sampah atau jangan-jangan rumah yang kita tempati saat ini berada di Lahan Basah. Wah parah!!!

Lestarikan Lahan Basah, selamatkan kehidupan, selamat memperingati Hari Lahan Basah Sedunia.


Diolah dari pelbagai sumber.

Makassar, 25 Januari 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun