Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Insight bagi Guru dan Pendidikan di Tengah Kemelut Parasut Covid-19

19 Januari 2022   10:59 Diperbarui: 21 Januari 2022   15:00 1102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar dari Pixabay.com

Dengan maksud pendididkan yang luhur ini, saya berpikir bahwa gambaran metaforis tentang "Parasut berwarna-warni" dari Ailton Krenak sebenarnya mengerucut pada soal ide, emosi, tindakan serta pengetahuan yang dirancang dalam dunia pendidikan yang bisa diakses secara universal untuk mengatasi problematika pembelajaran ditengah pandemi saat ini.

Untuk itu diperlukan suatu keterbukaan pikiran dan keseriusan dalam mendiskusikan proyek yang kontinyu dan progresif serta penerapannya yang kondusif. 

Hal ini telah terlihat dengan kemunculan aneka kebijakan baik dari pemerintah pusat, daerah mampun lembaga pendidikan terkait dalam upaya menciptakan pendidikan yang stabil dan efektif.

Namun beragam kebijakan ini hanyalah frasa mati bila tidak diterapakan secara maksimal oleh para pendidik. Semisal pembelajaran jarak jauh yang menggunakan media komunikasi, adakah standar media komunikasi itu dan mampukah para pendidik mengoperasikannya? 

Atau himbauan pemerintah soal fleksibilitas dan inisiatif pendidik dalam kegiatan pembelajaran serta evaluasi untuk menakar progresivitasnya selama pandemi, sudahkan hal itu diindahkan?

Mempertanyakan sistem pendidikan kita kini adalah sesuatu yang wajar. Karena Indonesia merupakan negara terbesar keempat didunia yang memiliki 45,3 dan 2,7 juta guru yang menyelanggarkan proses pendidikan. oleh karena itu, laju pendidikan harus menjadi bahan evaluasi bagi kita semua.

Sejatinya, siswa membutuhkan guru, merindukan aktivitas pembelajaran karena orang tua tidak mampu menjadi mitra guru di rumah. Kita mengetahui bahwa peran orang tua tidak pernah menggantikan guru. 

Guru adalah seorang yang profesional dengan pengetahuan spesifik dan terstruktur yang terbentuk dari studi personal dan praktek diruang kelas bersama siswa-siswi. Orang tua tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman semacam ini kecuali mereka sendiri adalah guru.

Namun kondisi rumah juga sangat tidak mendukung untuk memproduksi ruang pendidikan sekolah. Hal yang tak dielakan adalah bahwa sekolah merupakan ruang budaya dan guru adalah pelatih generasi baru.

Menjadi guru di semua tingkat pendidikan adalah menjadi agen budaya untuk pembangunan manusia. Oleh karena itu, seorang guru harus menjadi kompeten dalam mensosialisasikan metode dan konsep pembelajaran, berpartisipasi dalam narasi kehidupan setiap siswa serta mengarahkan mereka kepada kesadaran akan kewarganegaraan yang penuh melalui pengetahuan formal yang diproduksi dalam perjalanan panjangnya.

Sebenarnya pelajar dapat belajar banyak hal dalam kehidupan sehari-hari, dalam keluarga dan dalam masyarakat. Namun pembelajaran dikaktis tak bisa masuk dalam suatu pengetahuan dengan nilai yang terstruktur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun