Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ligota, Keelokan yang Belum Usai Dicumbui

12 September 2020   09:26 Diperbarui: 12 September 2020   20:46 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan Ligota Beach, di kampung Ligot, Purang Mese, Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, NTT/Dokpri

Keindahan menjadi suatu titik yang memberi pancaran dan mampu merangsang, menarik bahkan membelenggu sensitivitas insan manusia. Karena sejatinya keindahan selalu tampak dalam gugus keutuhan, keharmonisan dan kepolosan. Bisa diibaratkan seperti mentari yang memancarkan cahaya tuk menyinari kegelapan seluruh pertiwi. Walau tak tersentuh namun terasa dan terus terbayang dalam ingatan.

Dalam poros interaksi ketika manusia bersua dengan keindahan suatu objek dipastikan akan tenggelam dalam perasaan keterpesonaan dan kekaguman. Tak ada alasan untuk menyangkal bahwa saya pun terjerumus dalam pusaran keindahan pantai yang bernama Ligota Beach. Ini bukan tentang ilusi ataupun kreasi imajinatif yang membius kesadaran tetapi tentang panorama alamiah yang hadir dalam wajah pantai yang polos.

Ligota Beach adalah Panorama alamiah. Pesona pantai ini bagi saya seperti keelokan yang belum usai dicumbui. Dalam arti bahwa keelokannya mempesona dari dalam dirinya sendiri dan mampu menghanyutkan perasaan tuk mengaguminya. Namum hingga kini keelokan itu belum dinikmati banyak orang apalagi dirawat dan dipelihara. Dengan kalimat sederhana, keelokan yang belum usai tertata dengan baik dan sewajarnya.

Walau demikian ligota beach yang lokasinya di bagian pantai selatan pulau Flores ini tetap memberikan nuansa alamiah yang menyegarkan batin dan mencerahkan benak.

Ligota Beach memang sebuah pantai yang menggelitik perasaan siapa saja yang berkunjung. Bagi saya, Ligota Beach itu polos karena tampak apa adanya. Belum usai dijamah untuk tujuan dinikmati keindahannya dan belum pula diramas oleh tangan kasar yang mampu mengkerdilkan keelokannya.

Ligota beach itu utuh karena memliki gelombang yang terus mengkeriting menghiasi luas lautan. Padang Pasir yang membahui aneka batu bertaburan dibibir pantai. Gunung tinggi yang dipadati pepohonan berbaris melatari pantai. Petakan sawah dan kebun petani sekitar menghijau turut menyumbang kesegaran pantai.

Ligota beach itu harmoni karena aliran air Kali Wae Musur bermuara disana dan membentuk suatu kubangan besar. Air dalam kubangan itu sekali-kali bercampur air laut ketika sedang pasang dan membiru menjiplak warna langit. Tidak hanya itu, setelah cahaya mentari hampir ditelan kegelapan malam secercah kemewahan tampil diufuk barat pantai. Itulah sunset yang memberi kepuasan sekaligus kerinduan bagi para pengunjung untuk datang.  

Ligota beach yang keberadaanya tepat di kampung Ligot, Purang Mese, Desa Compang Ndejing, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur NTT ini juga memiliki keindahan yang tak mungkin terkatakan habis.

Tetapi apa yang tersaji untuk dinikmati mata, dirasa hati, digulati benak dan terbingkai dalam memori merupakan bekas dari jejak kaki sebagai pengalaman kagum yang patut dikenang. Ia layak dirindukan untuk dicumbui selayaknya.

Kurang lebih 15 menit dari kota Borong kita sudah bisa menjangkau tempat ini. Di sana kalau boleh jujur kita akan berhadapan dengan suatu panorama yang mampu menguras kesadaran kita sampai batas minimal. Kesegaran angin yang datang dari pepohonan, persawahan dan lautan akan membawa pergi beban batin. Kekalutan pikiran tercerahkan dan terbebaskan dengan keluasan pantai. Dan kekuatan hidup akan ditimbun bak gunung dan menghijau permai bak pepohonan yang menghiasi pinggiran pantai itu.

Ligota beach memberikan keutuhan, harmoni dan kesejatian alam yang dapat ditularkan sebagai kekuatan hidup manusia. Betapa tidak, ketika berada dipantai itu seakan sisi kemanusiaan kita yang terdalam disentuh. Baris kehitaman langkah hidup dilucuti. Pakaian kepalsuan hidup ditelanjangi. Dan belenggu penjara asamara yang merantai terbebaskan. Kita akhirnya menyadari walau kita bebas dihadapan kebesaranya kita hanyalah bagian kecil yang mengambil bagian dalam keagungannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun