Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerah Covid-19, Memahami Indonesia sebagai "Tempat" Bukan Situasi

13 April 2020   03:35 Diperbarui: 13 April 2020   03:35 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dari tribunnews.com

Dalam perbincangan di meja makan, saya bertanya kepada senior saya; "mengapa virus corona atau COVID 19 ini begitu meresahkan dunia, apakah karena virus ini membunuh banyak orang tetapi katanya ada dalam sejarah ada virus lain yang lebih ganas dari virus ini?

Pertanyaan polos ini tentu lahir dari ketidaktahuan saya akan sejarah. Makluk saya lahir tahun 90-an dan kolot karena mengeram atau tinggal dikampung yang udik.

 "Dulu belum ada teknologi digital dimana semua orang mengakses informasi sehingga keresahannya terbilang ekslusif atau tertutup. Belum juga industri pesawat yang intens memindahkan manusia dari satu tempat ke tempat lain ". Demikian kata senior saya.

Lalu karena melihat kami semua dimeja makan memandangi dia dengan penuh rasa ingin tahu, ia kemudian melanjutkan bahwa "Virus dari Wuhan ini, dalam konspirasinya berasal dari binatang (kelelawar) dan senjata biologis".

Mendengar komentar senior saya tentang virus corona, ada pikiran yang nakal terbesit dalam benak saya, "ahhh, tentang teknologi oke-oke saja karena dulu tidak ada alat-alat komunikasi sehingga kalau menyampaikan sesuatu tanpa berpindah tempat harus berteriak agar bisa didengar. Itupun kalau jaraknya tidak terlalu jauh."

Tetapi jika informasinya resmi atau rahasia maka mau tidak mau harus berjalan kaki selama berjam-jam untuk menyampaikan informasi baik lisan maupun tertulis."

Yang membuat saya heran adalah jawaban senior saya tentang kelelawar dan senjata biologis. Dulu dikampung kami makan kelelawar. Tidak apa-apa. Budaya cium hidung tetap ada, makan sirih pinang dengan mencedok satu tempat kapur yang sama masih terus terpupuk.

Dan di sekolah juga ibu guru mengajarkan kami bahwa dulu para pejuang bangsa ini mengusir penjajah dengan senjata yang namanya bambu runcing.

Pikiran yang konyol dan terbatas, bukan?

Lebih lanjut saya merenungkan dengan pengandaian begini, "kalau tidak ada wuhan (tempat pertama ditemukan virus corona ini), dunia aman terkendali". Tentunya Italia, spanyol, Amerika juga Indonesia pun aman. Tidak ada juga kegelisahan dan kematian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun