Mohon tunggu...
Viator Henry Pio
Viator Henry Pio Mohon Tunggu... Freelancer - Fakta : Proyek Agung Pikiran dan Kata

Start by doing what's necessary; then do what's possible; and suddenly you are doing the impossible

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona: "Pembunuh" atau "Penyelamat" Kemanusiaan

20 Maret 2020   13:50 Diperbarui: 20 Maret 2020   16:01 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara sepintas kelihatannya dilematis dan kontradiktif. Benar bahwa memperhitungkan NTT sebagai bagian dari wilayah kesatuan Republik Indonesia adalah keharusan. Tetapi menomorsatukan orang-orang NTT dari satu kategori manusia indonesia adalah egosime. Sebab kemanusiaan bukan soal angka. Martabat manusia itu sama.Sampai disini harus ada pembaruan paradigma agar kita terlepas dari sikap egoisme individualitik.

Penyair Lebanon pernah berujar demikian, YOU (singular) adalah yang terindah sebab tanpa "engkau" nihil keberadaan diriku. Di tengah gemburan wabah ini, "kekitaan" sebagai manusia sebagai perasaan dan logika darasariah menuju penyelamatan bersama. 

Sebab hidup tidak bisa ditakar dengan angka matematis. Oleh karena itu, praksis sederhananya yakni mengindahkan instruksi pemerintah karena terumus dari analisis makro tentang manusia indonesia. Manusia menyelamatkan manusia.

2. Saatnya go home

Virus corona menguak sesuatu yang lain yang kadang nilainya tak dihiraukan oleh orang kebanyakan. Pesona teknologi, intensitas pekerjaan dengan jarak dan waktu tinggi telah memunculkan kehambaran dalam relasi kekelurgaan. Saatnya pulang ke rumah. Kepulangan dengan tujuan bukan hanya melihat wajah-wajah dari setiap anggota keluarga namun berjuang untuk menemukan arti dari yang tak tampak. 

Misalnya; merasakan kehangatan dalam keluarga; memendang wajah ayah dan ibu yang semakin keriput tetapi kita terlahir dan terdidik dari mereka.

3. Saatnya bersolider

Berada dirumah bukan berarti apatis dengan yang lain. Jelas bahwa bahwa pemerintah menghimbau untuk menghindari kerumunan bukan lockdown. Ada peluang dan ruang walau terbatas untuk bersolider seperti yang dilakukan Bill Gates dan Melinda yang menyumbangkan 100 juta dolar AS untuk mendanai penelitan di Amerika. Bagi kita bukan ukuran namun bela rasa yang tulus untuk sesama. Singkatnya wajah kemanusiaan ditemukan dalam sikap solider.

4. Saatnya berkarantina rohani

Adagium yang begitu nyaring terdengar diruang publik bahwa "hidup adalah pilihan". Benarkah? Terdengar indah namun mandeg dalam logika. Seolah-olah kita mempunyai kemampuan untuk meng-ada-kan hidup dari diri sendiri. Mustahil bahwasannya kita lahir dari diri kita.

Sejatinya, hidup merupakan sesuatu yang "terberi" yang dalam bahasa kagamaan merupakan suatu anugerah yang dinikmati tetapi digeluti. Didalam pemberian itu, kita mempunyai aneka kemungkinan yang mengharuskan kita untuk memilih sebagai jalan, profesi dll untuk bahagia dalam hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun