Mohon tunggu...
Viona Salindeho
Viona Salindeho Mohon Tunggu... Lainnya - -

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Ratusan Juta Rupiah Per Hari, Pendapatan Objek Wisata Pura Luhur Uluwatu Bali Turun Drastis di Masa Pandemi

22 Januari 2021   10:29 Diperbarui: 22 Januari 2021   10:29 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan indah tebing tinggi di wilayah objek wisata Pura Luhur Uluwatu Bali yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan (Dokpri)

Pandemi Covid-19 telah meresahkan masyarakat dan pemerintah sejak pertengahan 2020 kemarin. Tak dapat dipungkiri dengan adanya wabah tersebut kondisi ekonomi kian memburuk. Hal itu juga terjadi pada wisata di beberapa kota, dengan ditutupnya sejumlah tempat diharapkan bisa mencegah penyebaran virus Corona.

Objek wisata Pura Luhur Uluwatu Bali misalnya, telah mengalami penurunan drastis akibat terjadinya pandemi. Pura Luhur Uluwatu menjadi destinasi wajib para wisatawan lokal maupun mancan negara saat berkunjung ke Pukau Dewata Bali. 

Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung pada saat kondisi normal sebelum adanya pandemi, tak heran objek wisata ini hanya dalam satu hari saja bisa meraup pundi-pundi rupiah sampai ratusan juta.

Berdasarkan keterangan yang diketahui Nyoman Sudarma, pria berusia 53 tahun sebagai seorang tour guide Pura Luhur Uluwatu mengatakan "dulu waktu normal bisa dapat 450 juta/hari, baru tiket masuk itu belum nambah tiket nonton tari kecak" imbuhnya.

Besar pendapatan tersebut diperoleh sebelum terjadinya pandemi. Berbeda dengan kondisi sekarang, ditambah lagi dengan peraturan kesehatan yang diperketat membuat wisatawan kesulitan dan enggan bepergian. 

Kondisi ini berdampak pula pada perekonomian masayarakat seperti pak Nyoman dan warga sekitar yang menggantungkan hidup pada objek wisata tersebut.

Hal ini diperparah dengan penuturan pak Nyoman bahwa pendapatan Pura Uluwatu menurun menjadi 4 hingga 5 juta perhari. "Banyak teman-teman tour guide lain yang keluar dan mencari alternatif pekerjaan", "turis juga mulai jarang, pedagang-pedagang yang biasa jualan juga pindah ke tempat yang agak rame" tutur pria 53 tahun tersebut.

Bahkan, pak Nyoman sendiri selama masa pandemi dalam sebulan hanya mendapatkan 2-3 rombongan tamu saja yang dipandunya untuk berjalan-jalan di dalam wilayah objek wisata ini. 

Tak hanya pak Nyoman, warga yang menggantungkan hidup di daerah wisata tersebut juga mengatakan hal yang sama. Mereka selama ini bertahan dengan pengunjung yang tersisa dan bersedia menggunakan jasa atau membeli dagangan.

Bagi mereka bukan masalah berapa nominal penghasilan yang mereka dapat, melainkan bagaimana mereka bersyukur bisa hidup meski dalam kondisi susah seperti sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun