Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Diary

Diri

21 Desember 2021   13:02 Diperbarui: 21 Desember 2021   13:17 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

            Bohong tetap saja bohong. Dan tidak akan pernah selesai kecuali berani mengakui kebohongan tersebut. Jika, bhong yang satu masih tetap dipelihara, ia akan semakin bersembunyi di balik bangunan kebohongan yang lain, sampai pada suatu saat kebohongan kita seperti hutan rimba.

            Kejujuran sangatlah penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Biarlah dirimu jujur katakan apa yang memang sedang kamu rasakan pada seseorang. Jangan perasaan itu lantas kamu pendam dan dikubur dalam-dalam.

            Keberanian untuk bersikap jujur adalah tindakan yang terpuji dan eksesnya akan baik pula untuk diri kita sendiri dan orang lain. Jujur bahwa kita adalah apa adanya, tak dibuat-buat dan dimanipulir. Aku dan kamu jamak berbicara tentang diri sendiri yang selayaknya yang harus kita tampilkan adalah citra diri, yakni kesejatian diri kita.

            Bukan melalui pencitraan yang dipoles begitu rupak, bahkan ada yang bersembunyi di balik topeng identitas masing-masing. Bagiku pribadi, hal seperti ini tak begitu berarti dan terus memperkeruh diri, diri dalam kesunyian. Atau bahkan masih belum menerima keadaan sunyi tersebut. Padahal jamak dari kita pasti pernah merasa kesepian meski kita berada di tempat yang sangat ramai. Kita merasa asing. Teraleniasi. Bahkan bukan bagian dari mereka sendiri.

            Kita terus mencari dan mencari ke dalam diri kita, menemukan sesuatu keunikan dalam diri kita. Lalu berangkat membersamai, menyelami memilah mana yang mungkin kelak akan menjadi potensi bagi diri kita sendiri. Hidup memang juga perlu berkenalan dengan apa yang bersemayang dalam diri kita sendiri.

            Sejenak kita meluangkan waktu untuk merenung dan kontemplasi. Terkadang kita akan terbawa tangis. Tak apa. Luapkanlah selama kita bisa menangis, air mata itu adalah air mata ketulusan dari dalam dirimu. Namun jangan terlalu memarahi dirimu sendiri, kamu perlu kontrol emosi dan amarah pada dirimu sendiri, beri dia semangat untuk senantiasa bangkit, bisa, dan beranjak pergi lagi menatap mentari.

            Hari-hari akan terasa lebih indah, jika kita sudah bergaul dan bersahabat dengan diri kita sendiri. Kita tak semata-mata egois kok. Sebab mencintai diri sendiri bukan berarti ketamakan dan cenderung individualis, akan tetapi cinta pada diri sendiri adalah upaya menenangkan dan menemukan apa yang minimal bikin diri kita ini bahagia kini dan seterusnya, small things is matter. Walau pun itu hal kecil, kita syukuri saja. Dan pasti akibatnya akan bermacam-macam, jika kita telah mengetahui kemampuan kita sendiri, kekurangan kita, kelebihan kita, batasan kita, atau sesuatu yang sebaiknya jika diasah lagi akan lebih matang nantinya.

            Banyak hal yang harus kita bicarakan pada diri kita sendiri. Kita butuh waktu tenang bersamanya, di mana pun, pasti kita akan temui tempat yang begitu nyaman dengan keadaan kita untuk sejenak menyendiri dan belajar merasa, merasakan segala hal, terlebih merasakan apa yang keluar dari dalam diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun