Baik, kita mulai lagi ya. Dimulai dari sebuah pembiasaan yang bernada positif pada diri sendiri. Ucapkanlah beserta seluruh keyakinanmu, bahwa kamu bisa mengerjakan ini dan itu. Bahwa kamu dalam waktu dekat akan melampaui masalah-masalahmu. Bahkan, jangan anggap dia sebagai masalah. Bayangkan saja dia sebuah amanah dari Tuhan yang berkehendak bagimu agar kamu menaiki tangga kemampuan yang lebih tinggi.
      Tenang, tak mengapa untuk saat sekarang kamu meniti jembatan yang akan dilalui dengan hati-hati dan bersungguh-sungguh. Kamu bahkan masih membopong masa lalumu erat-erat. Padahal, jika kamu rela sedikit demi sedikit melumatnya, kunyah, dan telan. Ia akan menjadi energi baik dalam tubuhmu. Dan ia tak seharusnya menjadi prasasti yang seakan wajib untuk dimuseumkan dalam pandanganmu. Itulah mengapa kamu seringkali cemas padanya, kamu selalu bercermin pada masa lalumu yang tragis dan penuh lautan derita itu. Bahkan kamu belum menemukan tawa dalam cerita yang kau ingat itu.
      Coba perlahan, berhenti sejenak. Waktu memang cukup panjang bagi sebagian orang yang menyia-nyiakannya. Dan sebagian orang lainnya akan beranggapan waktu begitu sangat singkat, sehingga mereka harus mempersiapkan baik-baik kematiannya. Landasan berpikir mereka bahwa aku akan segera menemui ajalku dalam kurun waktu yang tak begitu lama.
      Sejatinya, berpikir demikian sangatlah baik, jika dengan tawaran-tawaran pandangan yang lain. Sebab, dengan keterbukaan dan keluwesaan berpikir, kita lebih insyaf dan mempertimbangkan orang lain di sisinya. Ia takkan meninggalkan beban bagi keluarga dan kawannya apabila menutup mata dan ruh beranjak dari jasadnya. Ia begitu tenang seperti kapas.
      Jika kamu ingat bagaimana gurumu di sekolah mendampingi belajarmu di kelas. Ia menawarkan segala hatinya. Demi anak didiknya agar segera mantap dalam pembelajaran dan bahagia menatap masa depannya selepas diwisuda. Yang ia tawarkan salah satunya mengingatkan agar senantiasa terus terampil berlatih, dengan berkala, bertingkat. Sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin, hari esok lebih indah daripada hari ini. Pola yang melingkar itu ia hidangkan.
     Â