Pada hukum keterkaitan, ada suatu gagasan menarik : tidak ada kebetulan di satu sisi, dan selalu ada keajaiban di sisi lain. Yang pertama, sesuatu terjadi bukan lantas terjadi begitu saja.Â
Apalagi terlemparnya kita di dunia jelas memiliki peran di lingkungan sosial masing-masing. Saya menganalogikan semacam : manusia akan tergerak mencari makanan saat dia merasa lapar. Eksesnya, bisa berupa banyak sekali pertimbangan, mulai dari sekedar memesan bakso favorit via aplikasi daring macam gofood hingga rela bersusah payah meracik masakannya sendiri.
Konteks ini manusia bergerak, berinteraksi, bertemu dengan manusia lainnya. Kata seorang filsuf, terlemparnya kita di muka bumi dalam bentuk 'ada', ternyata mengisyaratkan kita untuk berendah hati, sebab sebagai makhluk sosial, adanya kita selalu disusul dengan ada-adanya yang lain, dalam hal ini bisa manusia lainnya, tumbuhan, hewan, alam semesta, jagad raya, kosmos serta galaksinya. Maka, perubahan besar yang mendasar saat manusia memutuskan untuk bertindak akan sesuatu!
Di sisi yang lain, ternyata ada keajaiban yang tidak boleh juga dinegasikan. Memang agak sedikit paradoksal. Tapi bagi kita yang beragama dan mengakui adanya Tuhan, tentu tak heran sesuatu yang ajaib. Atau secara saintifik disebut hal yang diluar nalar manusia. Dan dipertegas oleh agamawan, kita harus mengimani saja. Ya, iman dan ilmu berkaitan satu sama lain. Bahkan, iman tidak dapat dipupuk tanpa anjuran ilmu.
Maka, sikap kita tak lain dan tak bukan adalah tetap berjuang menjadi petarung sejati. Sebab, musuh masa depan kita adalah keberhasilan saat ini, dan teman karib masa depan kita adalah kegagalan saat ini. Dan motor penggerak yang tepat adalah terus bertindak, memuai perubahan dan perbaikan.