Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Diam-diam Mengaguminya

2 Desember 2021   21:06 Diperbarui: 2 Desember 2021   21:10 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia yang manis. Sederhana. Aku suka pada penampilannya yang biasa-biasa aja. Dengan potongan rambut di atas bahu. Tak begitu panjang. Dia begitu pendiam. Tak banyak bicara dan hemat kata. Mungkin dia hanya akan merespon orang lain apabila ditanya, dan sebalinya dia akan bertanya pada orang lain apabila ada sesuatu yang memang begitu penting ditanyakan.

Dia memang berbeda dengan kebanyakan perempuan lainnya dalam kelas. Dan aku suka pada perempuan yang berbeda. Berbeda bagiku adalah unik, berani tampil beda menunjukkan bahwa dia sangat mandiri pada dirinya sendiri. Dia berasal bukan dari etnis Tionghoa yang mayoritas suku Han. Suku dia chaoxian atau suku dari korea utara, atau gampangnya adalah suku korea. Dia selain berbahasa mandarin juga mahir bahasa korea. Untuk saat ini, dia tinggal di kota Jilin bersama kakek nenek serta saudaranya. Sebab ayah dan ibunya berada di Seoul, Korea Selatan.

Barangkali cita-citanya itu ingin hidup bersama keluarganya kelak. Sebab, aku pernah mendengar darinya langsung, bahwa suatu saat selepas kuliah nanti, dia akan melanjutkan gelar masternya di negara gingseng tersebut. Ngobrol dengan orang yang tak banyak bicara itu butuh kesabaran khusus. Kita harus mengenali kondisi psikologis mereka, dan tak bisa langsung frontal.

Seperti yang biasa kita dengar, bahwa banyak beraneka macam watak manusia. Ada yang berkecendrungan terbuka, mudah bergaul dengan orang lain, dan selalu terampil riang. Bahkan apabila orang tersebut suatu waktu tidak muncul di tengah-tengah kita, pasti tersisih perasaan kehilangan, sebab pembawaannya yang mudah memancarkan kesan di benak kita.

Sebaliknya, ada juga manusia yang berkecendrungan tertutup. Ia lebih senang berada dalam kesendirian. Menikmati hidup dalam sepi. Tapi justru disitulah dia merasa bahagia, produktif, dan mensyukuri hidupnya.

Orang yang berkarakter seperti ini, relatif dingin. Tetapi ketahuilah, jika kita dapat memasuki dunianya, ia tak segan-segan berbagi dan terbuka dengan kita. Memang tidak mudah untuk memasuki rumah yang pintunya tertutup. Tugas kita mencari kunci atau mengetok pintu itu terlebih dahulu. Tentu ada berbagai macam cara, dan aku yakin kalian punya resep dan racikan masing-masing.

Oh ya, kembali ku lanjutkan cerita tentang perempuan tadi. Saat di kelas, dia biasa datang lebih awal dari yang lain, kecuali aku. Sebab aku selalu standby di kelas saat jam kelas sebelumnya usai. Ya, memang harus bersabar menunggu mereka yang baru usai kelas, melihat manusia berhamburan keluar dari ruangannya masing-masing. Tapi kita bisa kok, mengantisipasi, tentu lagi-lagi dengan membaca polanya. Yang paling sering dijadikan rujukan adalah perihal waktu.

Selama di kelas, dia membuka tablet dan gawainya. Pernah aku iseng mengintip saat dia duduk pas sebangku di depanku. Ia belajar kosakata bahasa inggris. Tingkahnya yang membuatku terpesona olehnya adalah saat dia memelintir beberapa helai rambutnya saat sedang fokus mengamati apa yang dipelajarinya. Dan sialnya, saat pertama kali aku ajak dia makan dinner bersama di suatu sore, aku nampak gugup dan tersipu malu. Itulah kelemahanku. Asu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun