Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Diary

Meraup Makna

28 November 2021   13:24 Diperbarui: 28 November 2021   13:26 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di suatu lantai asrama, apabila ada salah satu kamar tetangga agak sedikit terbuka seraya mempersilahkan kita masuk mengunjungi, bukan lantas kita boleh masuk begitu saja tanpa permisi. Peristiwa tersebut hendaknya kita lihat dari berbagai sudut pandang situasinya. Barangkali dia merasa pengap sementara membuka jendela sejenak saja malah kedinginan, sebab di luar suhu begitu dingin. Apalagi bagi ruangan kecil berukuran kurang lebih lima meter persegi baiknya melancarkan sirkulasi udara agar tetap terjaga kesehatannya.

Itu saja hanya satu rentetan peristiwa, dan masih banyak kemungkinan lain yang terjadi kenapa dia membiarkan pintu kamarnya agak sedikit terbuka. Contoh lain, mungkin dia pergi ke lobi sebentar membeli cemilan. Kebetulan asrama kami laiknya sebuah hotel, di mana kami disuguhkan macam kenyamanan fasilitas, seperti adanya mesin cuci dan dapur pada setiap lorong lantainya. Juga di dalam masing-masing kamar sudah ada kamar mandi pribadi. Tidak perlu bersusah payah pergi ke gedung pemandian khusus layaknya mahasiswa lokal. Itu pun di tiap kamar hanya dibatasi maksimal dihuni dua orang. Beda dengan mereka, yang harus berbagi ruangan dengan mahasiswa lain setidaknya hingga empat atau lima orang. Bisa dibayangkan kamar dengan ukuran luasnya yang kurang lebih sama dengan kamar kami, ditempati hingga lima orang. Ya, posisi kasur mereka berjenjang layaknyadi film-film Taiwan.

Oke, berikut di atas sudah ku tampilkan dua dari banyak kemungkinan lainnya yang bisa saja terjadi, sebelum kita memutuskan secara bodoh masuk ke kamar tetangga tanpa izin perkenannya yang menghuni tersebut. Kecuali kalian masuk ke kamar mereka dengan alasan urgensi yang harus disampaikan padanya. Itu persoalan lain.

Di sini, yang aku ingin tegaskan bahwa lanskap perspektif terhadap satu saja peristiwa itu sangat bervariatif, multi tafsir jika kita kaitkan dengan masalah tekstual. Tapi perkara tekstual pun, orang yang menulis buah pikirannya juga berpeluang besar dipengaruhi keadaan peristiwa yang terjadi kala itu. Makanya kita sering menyebut, selain dapat menafsirkan secara tekstual, ada baiknya juga kita kontekstualkan sesuai jaman agar mudah diaktualisasikan oleh kita, manusia sebagai pembaca yang berusaha mengambil pelajaran dari tulisan tersebut.

Agar mudah, yuk kita jangan hanya berselancar di atas gelombang-gelombang kata yang pada akhirnya membuat kita terombang ambing. Coba kita menyelam kedalaman maknanya, bongkar maksud dari apa yang ingin disampaikan. Aku pun masih belajar bagaimana meraup makna dari sebuah kata, tulisan, bahkan peristiwa. Kadang menuntut kita gunakan pisau analisa, kerangka berfikir, dan kejernihan hati agar sedapat mungkin menyentuh sisi-sisi intuitif dari segala hal yang bisa jadi itulah keindahannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun