Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bacalah

26 September 2020   08:10 Diperbarui: 26 September 2020   08:16 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bacalah alam
yang menangis di paruh
senja gugus mega
gugur daun laksa
sebab waktu menarik
petang memetik
ruang
jadi gelap

Bacalah hutan
rumah bagi tandang
rimbai jalanan
yang subur menguasai
zaman terjal
penuh gelombang
batu
jadi bebal

Bacalah kota
yang tiada tempat
bagi diam
yang memekik
bagi tengkik
angin tiada
orang berduka
redup
segala mata

2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun