Mohon tunggu...
pintukata
pintukata Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis Bebas.

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengusaha Listrik Negara

13 Agustus 2020   15:56 Diperbarui: 13 Agustus 2020   15:59 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Katakanlah ini suatu tragedi kecelakaan yang berbuah manis di akhir ceritanya, macam es teh bercampur gula, jika tidak kita aduk pakai sendok, atau kebetulan stok sedotan habis, tunggulah manisnya di akhir, sebab ia menggenang di bawah, dan yang kesruput duluan malah teh yang tawar. Uh..!

Sengkarut manajemen juga aku rasakan di kampus ini. Seorang mahasiswa pendatang dari luar negeri, mbambung berjam-jam di bandara, merasa asing dan bisu di tengah-tengah hiruk pikuk orang-orang bermuka hampir sama. Ia tak begitu jeli mengidentifikasi orang di sekitar, yang hanya ia tangkap adalah orang-orang kulit putih matang, berjalan mondar mandir, menyingsingkan tas, berkacamata, dan raut wajahnya kurang gembira.

Dilihatnya jam yang menggelantung di atas arrival board, menunjukkan jam tiga sore. Oh dia sudah hampir delapan jam lebih mematung sendirian di sana. Handphone yang digenggamnya tak kunjung berdering, yang menandakan notifikasi masuk. Sebaliknya, notif yang ia terima di layar handphonenya bertuliskan "low baterai, please charge it!". Ayo dong kompromi sedikit, sabar sebentar. Ia teringat semasa kecilnya bermain tombol-tombol remote televisi, berupa angka, pagar, bintang, menu, bahkan switch off. Tombol itu menarik perhatiannya, lalu duduklah di depan televisi pada suatu pagi. Sembari meluapkan ekspresi rindunya akan tayangan yang biasa muncul di akhir pekan, ia raih remote yang ada di sampingnya, lalu ditekan-tekan. Wajahnya menggerutu, agak kesal karena remote yang digenggamnya tak berfungsi seperti sedia kala. Syahdan, ia lantas mencongkel dan memisahkan baterai yang terletak di bokong remote, dan ia bergegas menuju teras, yang saat itu terik matahari mencuat panas. Kemudian, ia memanjat pohon jambu yang menjulang tinggi di depan rumahnya, lalu dijemurlah baterai tersebut di atap rumah itu selama beberapa jam.

Apa yang terjadi?

"Emang baterai yang dijemur di bawah panas matahari akan menyerap energi kembali?"
"Biasanya begitu, 'kan baterai itu sudah bisa multiple source!"
"Bukankah kalau kita bedah baterai tersebut, isinya batu bara ya? Lantas bagaimana dengan pusat-pusat pembangkit listrik yang masih saja mengkonsumsi batu bara? Apakah dia bisa berlaku seperti itu?"
"Harusnya begitu! Mereka tentu punya teknologi untuk menerima energi dari segala sumber daya alam"
"Tapi akhir-akhir ini kok biaya listrik makin melonjak ya? Ini 'kan nanti bakal memadamkan penghasilan rakyat!"
" Ya jelaslah! Mengelola sumber daya alam jadi energi listrik gak semurah itu bro!"
"Lho.. posisi Perusahaan Listrik Negara yang di bawah buaian BUMN seharusnya milik negara dong?
"Namanya juga perusahaan, ndul..."

....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun